Tekanan sosial dapat membuat seseorang mengeluarkan lebih banyak uang dari yang seharusnya.
3. Kemudahan Mendapatkan Layanan Pinjaman
Beragamnya layanan pinjaman yang menawarkan kemudahan membuat seseorang merasa lebih leluasa dalam berbelanja, meskipun sebenarnya mereka tidak memiliki cukup uang untuk membayar semua itu. Hal ini berakibat pada akumulasi utang yang tidak terkendali.
BACA JUGA:Sosialisasikan GSMP, Ajak Masyarakat dari Konsumtif menjadi Produktif
BACA JUGA:Dominan Konsumtif
4. Kurangnya Pendidikan Keuangan
Orang yang tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang keuangan pribadi cenderung tidak menyadari konsekuensi dari perilaku konsumtif.
Kurangnya edukasi keuangan dapat membuat seseorang terjebak dalam lingkaran pengeluaran yang tidak terkendali.
5. Gaya Hidup Imitatif
Terkadang, seseorang dapat terpengaruh oleh selebritas atau tokoh publik yang menjalani gaya hidup mewah.
Hal ini dapat mendorong seseorang untuk mengikuti contoh yang mereka lihat, padahal tidak memiliki kapasitas yang sama untuk memenuhinya.
6. Kepuasan Diri dari Kepemilikan
Beberapa orang mencari nilai diri dalam barang-barang yang mereka miliki. Mereka mungkin merasa lebih berharga jika memiliki banyak barang mewah. Hal ini dapat menjadi pemicu gaya hidup konsumtif.
BACA JUGA:Ajarkan Anak Jangan Konsumtif
BACA JUGA: Tips Belanja Online Aman dan Menguntungkan Saat Pesta Diskon
Risiko Perilaku Konsumtif dalam Jangka Waktu Panjang
1. Kondisi Keuangan yang Tidak Stabil
Gaya hidup konsumtif dapat merusak kondisi keuangan Anda secara drastis. Pengeluaran yang tidak terkendali dapat mengakibatkan keuangan Anda menjadi tidak stabil, sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar, atau bahkan membayar tagihan bulanan.
Ini dapat menciptakan tekanan finansial yang berkepanjangan dan mengganggu keseimbangan keuangan Anda.
2. Utang yang Tidak Dapat Terbayarkan
Keinginan untuk memiliki barang-barang tertentu sering kali mendorong individu untuk menggunakan fasilitas kredit, seperti kartu kredit atau pinjaman.