Batu Bara Kelamkan Merapi Area, Debu Beterbangan, Ratusan Kendaraan Transportir Macetkan Jalan Umum
MACET PANJANG: Truk angkutan batu bara berpelat nopol luar Sumsel yang mogok, jadi penicu kemacetan panjang belasan jam di kawasan Merapi Area, Kabupaten Lahat.- FOTO: IST-
LAHAT, SUMATERAEKSPRES.ID – Pertambangan batu bara di Kabupaten Lahat, telah menimbulkan gangguan berbagai sendi kehidupan bagi masyarakat luas. Lingkungan yang tercemar, debu batu bara yang mengganggu kesehatan, kerusakan jalan, hingga masalah lalu lintas yang viral seharian kemarin.
Kemacetan parah terjadi di jalan lintas Kabupaten Lahat-Muara Enim, wilayah Merapi Area. Hingga belasan jam, dari sekitar pukul 21.00 WIB, Selasa (7/1). Hingga pagi pukul 09.00 WIB, personel Satlantas Polres Lahat masih disibukkan mengurai antrean panjang kendaraan.
Akibat aktivitas angkutan batu bara yang melewati jalan umum, menuju Desa Tanjung Jambu, Kecamatan Merapi Timur untuk melalui jalan khusus milik PT Servo Lintas Raya. Namun sebagian besar angkutan masih melalui jalan umum di kawasan Lahat.
“Dulu tahun 2018, ada larangan angkutan batu bara di jalan umum. Sekarang, ratusan kendaraan tetap melintasi jalan umum kawasan Merapi area,” cetus JM, warga Lahat. Merapi area kelam oleh debu batu bara, mengganggu masyarakat.
Kemacetan yang terjadi kemarin, di kawasan Desa Banjar Sari, Kecamatan Merapi Timur. Akibat 3 truk batu bara mengalami kerusakan. Ada rusak mesin, ada yang pecah ban. “Proses perbaikan kendaraan memakan waktu yang lama, karena respons transportir yang lambat,” sesal Kasat Lantas Polres Lahat AKP Agus Gunawan SH.
BACA JUGA:Masyarakat Luas Terdampak Aktivitas Batu Bara di Lahat, Ini Seruan Anggota Dewan Lahat dan Sumsel
Kondisi ini semakin diperburuk dengan kelelahan pengemudi yang terpaksa menunggu berjam-jam, mengingat kemacetan terjadi sepanjang malam hingga subuh. “Di Lahat ini, terdapat sekitar 25 transportir dengan armada mencapai ratusan unit,” bebernya.
Sekitar 70 persen kendaraan berpelat nopol Sumsel, atau BG. Sementara 30 persen berpelat nopol luar Sumsel, yang artinya tidak memberi sumbangsih bagi Sumsel dari pajak kendaraan bermotornya. “Selain kerusakan dan kecelakaan, kondisi jalan yang sempit dan rusak di beberapa titik juga memperburuk situasi,” sebut Agus.
Kepala Dinas Perhubungan Lahat H Deswan Irsyad, menegaskan solusi jangka panjang atasi kemacetan ini, adalah dengan membangun jalan khusus batu bara atau fasilitas transportasi lain seperti flyover atau underpass.
“Pemprov Sumsel dan Pemkab Lahat, terus mendorong pembangunan infrastruktur tersebut. Selain itu, kesadaran akan aturan lalu lintas juga sangat penting. Guna kemacetan bisa diminimalisir,” pungkasnya.
Sementara itu menurut dr Rouly Pola Pasaribu, SpPD, K-P dari RSMH Palembang, partikel debu yang berasal dari aktivitas tambang maupun perlintasan kendaraan, dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan.