Harga Gabah Anjlok, Daya Serap Bulog Rendah

PENJELASAN: Ketua Komisi II DPRD Sumsel, Ayu Nur Suri, SE MM saat memberikan penjelasan soal kondisi pertanian yang terjadi di Sumsel. FOTO: DUDUN/SUMEKS--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Musim panen seharusnya menjadi momen kegembiraan para petani. Tetapi yang terjadi justru berubah menjadi keprihatinan di Sumsel.
Anjloknya harga gabah tak sebanding dengan biaya produksi serta rendahnya daya serap Perum Bulog semakin memperparah kondisi petani.
BACA JUGA:Kawal Harga Gabah Sesuai HPP, Di Lapangan Cuma Dihargai Rp5.100 per Kg
BACA JUGA:Petani Sumsel Terpuruk, DPRD Soroti Harga Gabah Murah dan Minimnya Penyerapan BULOG
Ketua Komisi II DPRD Sumsel, Ayu Nur Suri, SE MM melihat permasalahan ini saat kunjungan kerja (kunker) ke Kecamatan Lempuing, OKI, Kamis (20/03) lalu.
Kunker ini tindak lanjut Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang telah dilakukan DPRD Sumsel bersama Bulog dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Hasil peninjauan di lapangan terungkap harga jual gabah di Lempuing di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan sebesar Rp6.500 per kilogram.
Petani hanya mampu menjual gabah dengan harga berkisar antara Rp5.400 hingga Rp6.100 per kg.
‘’Kondisi ini sangat merugikan petani. Mereka bekerja keras, tetapi hasil panennya dihargai rendah.
Padahal, biaya produksi seperti pupuk, pestisida, dan tenaga kerja terus meningkat," ungkap perwakilan gapoktan saat berdiskusi dengan Komisi II DPRD Sumsel.
Selain harga yang rendah, keterbatasan daya serap Bulog menjadi persoalan serius. Bulog, hanya mampu menerima dua truk gabah per hari karena keterbatasan kapasitas penyimpanan dan fasilitas penggilingan.
‘’Kalau hanya dua truk per hari, bagaimana dengan ratusan ton gabah yang harus segera dijual? Petani tak bisa menunggu terlalu lama karena gabah harus segera digiling dan dijual. Ini harus segera dicarikan solusinya," tegas Ayu Nur Suri.
Sebagai langkah strategis, Ayu meminta Bulog memperluas kerja sama dengan pihak ketiga dalam menyiapkan gudang cadangan dan meningkatkan daya tampung.
‘’Pemerintah harus mengkaji ulang sistem penyerapan hasil panen agar petani tak terus-menerus merugi setiap musim panen tiba,’’ katanya.