Kurangi Pupuk Kimia, Bangun Biogas, Industri Sawit Kurangi Emisi

INDUSTRI SAWIT: Berbagai upaya dilakukan industri sawit untuk mengurangi emisi. -FOTO: IST-
JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID - Indonesia memiliki peran penting dalam upaya untuk mengurangi pemanasan global dan mencegah dampak perubahan iklim yang lebih parah. Pemerintah telah menetapkan kebijakan dan regulasi yang mendukung hal tersebut.
Sektor swasta sebagai penggerak ekonomi Indonesia juga harus terlibat aktif dalam transisi menuju Net Zero Emission. Pihak swasta memiliki kapasitas untuk berinvestasi dalam teknologi baru yang ramah lingkungan, seperti energi terbarukan, kendaraan listrik, dan efisiensi energi.
Direktur Tunas Sawa Erma (TSE) Group Luwy Leunufna menyatakan, saat ini sektor swasta berlomba-lomba merealisasikan Net Zero Emission untuk menyuksesksan komitmen Indonesia dalam mencegah perubahan iklim. ‘’Namanya proses adaptasi membutuhkan waktu, butuh inovasi tapi kami berpikir dalam jangka panjang bisnis kita lebih lestari, dalam jangka panjang akan mendukung efisiensi biaya dan comply regulasi lokal maupun internasional. Kita mau meningkatkan kelas kita dengan teknologi baru,” tandas Luwy Leunufna.
Saat ini, lanjutnya, sebagai perusahaan yang bergerak di industri kelapa sawit juga turut memerangi perubahan iklim lewat komitmen Net Zero Emission menggunakan SBTi, sebuah inisiatif global internasional yang paling banyak dipercaya sektor korporasi untuk membantu mereka menetapkan standar, perangkat, dan panduan, yang memungkinkan perusahaan menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). ”Kami mulai beralih dari penggunaan energi fosil ke energi terbarukan dan mengurangi penggunaan pupuk kimia dengan menggunakan pupuk organik dari biochar dan composting plant dari limbah tandan buah kosong,” papar Luwy Leunufna.
BACA JUGA:Monitoring Pupuk Subsidi di Lahat: Stok Aman, Harga Stabil, Petani Tak Perlu Khawatir!
BACA JUGA:Muchendi Bantu 416 Petani Sawit OKI, 2.499 Ton Pupuk Cair untuk Perkebunan Lebih Produktif
Tidak sampai di situ, lanjut dia, perusahaan memasang solar pannel untuk kebutuhan listrik jalan. Perusahaan juga membangun Biogas Power Plant untuk mengubah POME (palm oil mill effluent/ limbah cair kelapa sawit) menjadi energi. Di dalam Biogas Power Plant, limbah cair kelapa sawit yang ditampung di kolam-kolam terbuka akan melepaskan gas metan (CH4) yang bisa digunakan sebagai sumber energi untuk kegiatan operasional perusahaan. ”Kita buat biogas, investasi awal tentu akan besar tapi dalam jangka panjang kita akan mengurangi penggunaan BBM di seluruh aktivitas kebun kita, baik untuk operasional pabrik maupun penerangan pakai BBM. Dengan pengembangan Biogas Power Plant yang dikoneksikan dengan BioCNG pasti dalam jangka panjang ada manfaatnya,” ungkap Luwy.
Dikatakan, penggunaan BBM untuk aktivitas distribusi dan pengangkutan di perkebunan kelapa sawit juga akan dikurangi dengan penggunaan mobil listrik (electric vehicle/EV). Saat ini uji coba penggunaan electric vehicle sudah dilakukan di beberapa titik di wilayah perkebunan. ‘’Saat ini masih dalam tahap awal, kita uji coba dengan menggunakan pengganti dari yang konvensional jadi EV. Kita berharap seiring berjalannya waktu, teknologinya akan semakin maju sehingga mimpinya sebagian besar alat yang kita pakai di perkebunan khususnya truk-truk diganti menjadi EV,” ungkap Luwy.