Kisah Wong Sumsel Lebaran Idulfitri 1446 H di Luar Negeri, Jastip Pempek hingga Kumpul di KBRI

MALAM TAKBIRAN :Suasana malam takbiran Lebaran Idulfitri di Jl Jenderal Sudirman kawasan Masjid Agung SMB Jayo Wikramo-foto: evan/sumeks-
SUMATERAEKSPRES.ID - Lebaran Idulfitri menjadi momen mudik, kumpul dengan keluarga besar di kampung halaman. Namun, sejumlah wong Sumsel harus rela Lebaran di negeri seberang. Seperti di Uni Emirat Arab, Belanda, Norwegia, dan Jerman. Bagaimana kisah mereka?
Sejak 2023, M Fathur Ramadoni (22), warga Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel) tinggal di negara Uni Emirat Arab (UEA). Setidaknya sudah jalan dua kali puasa dan kini Lebaran Idulfitri harus dilaluinya jauh dari keluarga di kampung halaman.
Meski harus Lebaran di negeri orang, Fathur bangga. Jebolan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ittifaqiah Indralaya ini terpilih menjadi satu dari 44 hafiz atau penghafal Alquran asal Indonesia untuk menjadi imam masjid di UEA.
Kini, Fatur dipercaya sebagai imam tetap di Masjid Abdullah bin Mas'ud. Masjid itu berlokasi di Ummul Quwain, kota terbesar Emirat Umm Al Quwain. Kota ini terletak di Semenanjung Khor Al Bidiyah, dengan kota-kota besar terdekatnya adalah Sharjah di barat daya dan Ras Al Khaimah di timur laut.
Seperti para imam lain di negara UEA, Fathur difasilitasi sebuah rumah tempat tinggal pribadi yang letaknya dekat dengan masjid. "Sangat dekat dengan masjid, jadi ketika hendak menuju masjid tinggal jalan kaki," ucap pemuda berkacamata ini.
BACA JUGA:Safari Ramadhan Wali Kota Lubuk Linggau Berlangsung Meriah, Pemkot Ucapkan Selamat Idulfitri 2025
BACA JUGA:Transaksi Menjamur dan Antrean Panjang di ATM BRI Jelang Lebaran Idulfitri
Di bulan Ramadan hingga Lebaran nanti, aktivitas Fathur sebagai imam masjid terbilang cukup padat. Selain menjadi imam salat lima waktu, dirinya juga bertugas menjadi imam salat Tarawih, Witir, dan qiyamullail mulai malam 21 bulan Ramadan. Meskipun cukup melelahkan, namun ia senang.
Ia juga menikmati bisa merayakan Lebaran di UEA. "Suasana Lebaran di negara Arab hampir sama seperti di Indonesia. Saling maaf-memaafkan,” kata dia. Di UEA ini kebanyakan penduduknya bukan asli UEA. Mungkin sekitar kurang dari 20 persen orang asli sini (muwathin).
“Sisanya yang 80 persen, muqim. Mereka berasal dari berbagai negara India, Pakistan, Bangladesh, Mesir, Suriah, Irak, Maroko, Indonesia dan sebagainya. Jadi multikultural," ungkap Fatur.
Sekilas, dia tetap merindukan suasana Lebaran di kampung halaman. Di malam takbiran keliling kampung, pawai obor serta mendengar kumandang takbir terus-menerus dari tiap musala dan masjid. “Suasana di Arab menurutnya tidak semeriah di Indonesia,” bebernya.
Di hari Lebaran, makanan khas yang disuguhkan yaitu nasi briyani lahm (daging kambing) atau briyani jamal (daging unta). Meskipun di luar Lebaran suguhan ini juga sering dihidangkan. Terutama daging unta yang terasa spesial bagi yang baru pertama dan jarang menikmatinya.