Penanganan Konflik Sosial Kesiapan Pemilu 2024, Berdasarkan Kepemimpinan Model Aigle & Intuitif Leadership
Kapolres Rembang AKBP Suryadi SIK MH--
Untuk itu, potensi tersebut harus diupayakan dapat berpartisipasi dalam usaha menciptakan kondisi Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang aman dan tertib dan dapat bersama-sama mewujudkan kehidupan masyarakat tata tenterem kerta raharja.
Agile and Intuitif leadership dinilai mampu menghadapi tantangan potensi konflik sosial tersebut yang ditimbulkan dari penyelenggaraan Pemilu 2024 mendatang.
Secara historis, penyelenggaraan Pemilu memang pernah menimbulkan kerawanan konflik sosial dengan banyaknya pelanggaran-
pelanggaran yang dinilai menjadi stimulus bagi perpecahan.
Selama pelaksanaan kampanye pemilu 1997, misalnya, kekerasan politik dan politik kekerasan tetap berlangsung.
Bahkan sampai tanggal 13 Mei 1997 atau 16 hari sejak kampanye pertama dimulai, korban tewas telah mencapai 49 orang
serta ratusan orang luka-luka.
Beberapa penyimpangan dan sebenarnya juga merupakan pelanggaran dari prinsip fairness serta kesamaan telah dipertontonkan dalam tahap kampanye sepanjang pemilu-pemilu Orde Baru, antara lain:
(a) Mencuri start kampanye yang dilakukan oleh para pejabat yang sekaligus pimpinan Golkar sebelum masa kampanye tiba, ini berlangsung di hampir seluruh daerah dengan berbagai metode seperti safari Ramadhan oleh menteri, kunjungan ke daerah
dengan mengerahkan murid-murid SMA yang kemudian diberi kaos Golkar, dsb;
(b) Diskriminasi perlakuan, misalnya ketika temu kader Golkar panitia memasang ratusan bendera Golkar tanpa hambatan, tetapi ketika ada kegiatan PDI dan PPP untuk memasang bendera dipersulit dengan cara harus meminta izin ke sana ke mari;
(c) Pemberian barang atau fasilitas yang dapat dikategorikan sebagai money politics; dan sebagainya.
Demikianlah gambaran pelaksanaan tahap kampanye pemilu pada pemilu- pemilu Orde Baru yang diwarnai oleh berbagai pelanggaran, aksi-aksi kekerasan massa, kecurangan pelaksana yang berat sebelah, penggunaan fasilitas negara untuk keuntungan partai berkuasa, pawai arak-arakan sebagai bagian dari kampanye yang telah dimanfaatkan untuk pelampiasan emosi massa, serta ketidakseimbangan kesiapan dari Golkar di satu sisi dan PDI serta PPP di sisi lain.
Kampanye pada pemilu 1997 menjadi kampanye terakhir pemilu-pemilu Orde Baru.
Inilah kampanye terakhir dari rangkaian pemilu-pemilu yang diwarnai praktik manipulatif, diskriminatif, intimidasi, toleransi
terhadap pelanggaran65 dan kecurangan sejak 1971.
Secara eksisting dan keterbaruan, Pemilu 2019 juga turut memunculkan konflik sosial. bahkan melampaui terjadinya konflik sosial dengan banyaknya angka kematian selama penyelenggaraan Pemilu 2019 lalu.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 554 orang dari KPPS, Panwas hingga Polisi meninggal dunia.
Kerusuhan di sana sini, konflik horizontal yang terjadi di masyarakat turut mewarnai situasi penyelenggaran Pemilu di tahun 2019 lalu.