Di samping itu, konsumsi protein yang lebih banyak juga diketahui dapat meningkatkan pengeluaran energi.
Hal tersebut disebabkan DIT protein jauh lebih tinggi daripada karbohidrat dan lemak.
Diet tinggi protein juga bisa menjaga resting energy expenditure (jumlah kalori yang digunakan tubuh untuk mempertahankan fungsi fisiologis saat istirahat) dengan mencegah penurunan fat-free mass (FFM) atau massa tubuh nonlemak.
Secara general, diet tinggi protein merekomendasikan seseorang untuk mengonsumsi lebih dari 20% total kalori dari protein.
Itu artinya, seseorang perlu mengurangi konsumsi kalori dari karbohidrat atau lemak.
Adapun Recommended Dietary Allowance (RDA) merekomendasikan konsumsi protein minimal untuk diet sebesar 0,8 gram per kilogram berat badan.
Tidak ada makanan khusus yang dilarang dalam diet tinggi protein.
Tapi, program diet ini biasanya menganjurkan seseorang untuk mengonsumsi lebih banyak protein tanpa lemak dan mengurangi konsumsi karbohidrat, gula, serta lemak olahan.
Tidak jarang juga program diet tinggi protein dibarengi dengan intermittent fasting.
Risiko Efek Samping Diet Tinggi Protein
Diet tinggi protein umumnya aman untuk orang-orang yang sehat atau tidak mengidap kondisi kesehatan tertentu, seperti penyakit ginjal.
Tetapi, terdapat beberapa risiko efek samping dari diet tinggi protein, seperti:
-Kurangnya asupan serat sehingga dapat menyebabkan bau mulut, sakit kepala, sembelit, dan gangguan kesehatan lainnya.
-Konsumsi daging merah, daging olahan, dan makanan lain dengan lemak jenuh tinggi dalam diet tinggi protein dapat meningkatkan kolesterol jahat yang dalam jangka panjang dapat berisiko menyebabkan penyakit jantung.
-Kinerja ginjal pada penderita penyakit ginjal akan semakin buruk dengan konsumsi makanan tinggi protein karena tubuh tidak dapat membuang produk sisa metabolisme protein.
BACA JUGA:Ingin Mencoba Diet Kopi Americano? Simak Dulu Penjelasan Dokter ya