-Mendorong konsumsi makanan yang padat nutrisi.
-Membantu mencegah kenaikan berat badan di masa depan.
-Mengurangi risiko kehilangan kepadatan tulang seiring bertambahnya usia.
-Membantu mempercepat penyembuhan luka.
Menukil artikel pada Journal of Obesity & Metabolic Syndrome (2020), mekanisme diet tinggi protein melibatkan peningkatan rasa kenyang sebagai hasil dari:
-Peningkatan kadar hormon anoreksigenik atau hormon yang mampu menekan rasa lapar dan mempertahankan rasa kenyang.
-Penurunan kadar hormon oreksigenik atau hormon yang menimbulkan rasa lapar.
-Peningkatan kadar asam amino plasma.
Pada teori terdahulu, peningkatan kadar asam amino dalam plasma dihubungkan dengan sinyal rasa kenyang.
Tapi, teori ini mulai diragukan sehingga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
-Peningkatan diet induced thermogenesis (DIT) atau penggunaan energi untuk mencerna makanan.
Peningkatan DIT diketahui berkaitan dengan rasa kenyang.
-Peningkatan glukoneogenesis hati atau pembentukan glukosa (gula) dari zat nonkarbohidrat.
-Peningkatan ketogenesis atau proses yang menghasilkan badan keton sebagai energi alternatif.
BACA JUGA:Sauna Bisa jadi PIlihan Tepat untuk Diet, Baca DIsini Penjelasannya
BACA JUGA:Jus Kombinasi Buah Naga dan Pisang, Kaya Manfaat, Cegah Penuaan Dini, Cocok untuk Diet