Hal ini menunjukkan potensi luar biasa dari mikro organisme dalam meningkatkan kualitas air sungai yang tercemar.
Namun, tekanan antropogenik seperti pencemaran limbah industri dan pertanian dapat mengganggu keseimbangan mikrobiotaini, mengakibatkan degradasi kualitas air yang lebih cepat.
Sungai tidak hanya merupakan jalur transportasi air dan sedimen, tetapi juga merupakan "hotspot" biogeokimia di mana transformasi nutrient terjadi melalui interaksi mikroorganisme dengan unsur-unsur kimia.
Mikroorganisme bertindak sebagai katalis utama dalam daur ulang fosfor, yang merupakan nutrien esensial namun terbatas dalam ekosistem perairan.
Bakteri fosfat-solubilizing seperti Bacillus dan Pseudomonas membantu melarutkan fosfor yang terikat dalam senyawa organik dan mineral, menjadikannya tersedia bagi organis melain.
Dalam konteks siklus sulfur, mikroorganisme seperti bakteri sulfat-reducing (Desulfovibrio spp.) berperan dalam reduksi sulfat menjadi hydrogen sulfida di lingkungan anaerobik.
Proses ini tidak hanya penting dalam siklus sulfur global tetapi juga dalam pengendalian korosi dan pencemaran logam berat di sungai yang kaya sulfat.
Data dari studi ekosistem perairan menunjukkan bahwa sungai dengan aktivitas mikroba sulfur yang tinggi dapat menurunkan konsentrasi logam berat seperti timbal dan merkuri, yang sering kali berikatan dengan sulphur dalam bentuk senyawa yang kurang toksik.
Meski memiliki peran esensial dalam menjaga kesehatan ekosistem sungai, mikrobiota juga rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan akibat aktivitas manusia.
Pencemaran air oleh limbah domestik, pestisida, dan logam berat mengganggu keseimbangan komunitas mikroorganisme, mengarah pada hilangnya spesies mikroba penting dan memicu proliferasi mikro bapatogen.
Dampak ini tidak hanya menurunkan kemampuan sungai untuk memurnikan dirinya sendiri tetapi juga membahayakan keseimbangan ekosistem perairan yang lebih luas.
Mikrobiota sungai merupakan komponen kunci dalam menjaga kualitas air dan mengatur siklus biogeo kimia. Keanekaragaman dan aktivitas metaboliknya memainkan peran vital dalam menguraikan bahan organik, mendaur ulang nutrien, serta mendegradasi polutan.
BACA JUGA:Tingkatkan Kualitas Air Bebrsih, Pemkab OKU Suntik Modal PDAM Tirta Raja
Namun, aktivitas manusia yang berlebihan mengancam kelestarian komunitas mikrobaini, dengan konsekuensi langsung terhadap kesehatan ekosistem sungai dan kualitas air yang kita konsumsi.
Oleh karena itu, strategi pelestarian mikrobiota sungai harus menjadi bagian integral dari kebijakan lingkungan, guna memastikan fungsi-fungsi ekosistem yang krusial tetap terjaga dalam menghadapi tekanan global yang semakin besar. (*)