Penentu Kualitas Air dan Regulasi Siklus Biogeokimia
IAN KURNIAWAN, Associate Profesor Teknik Kimia, Univ PGRI Palembang--
SUMATERAEKSPRES.ID - Mikrobiota sungai, yang terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, archaea, dan mikroalga, memainkan peran fundamental dalam menjaga kualitas air dan mengatur siklus biogeokimia di ekosistem perairan.
Dalam konteks ekologi global, mikroorganisme ini berfungsi sebagai penggerak utama dalam proses biokimia yang memungkinkan penguraian bahan organik, siklus nutrien, serta detoksifikasi polutan.
BACA JUGA:Aktivitas Penambangan Pasir Ganggu Kualitas Air PDAM di Banyuasin
BACA JUGA:Banjir Hujan Berdampak pada Kualitas Air di OKU: Sampah Memenuhi Intake PDAM
Sebagai entitas yang tak terlihat namun sangat berpengaruh, mikroorganisme ini menjadi indicator kesehatan ekosistem sungai sekaligus agen potensial dalam mitigasi dampak pencemaran air.
Keanekaragaman mikroorganisme dalam sungai mencerminkan kompleksitas ekosistem perairan tersebut. Spesies mikroba yang hidup di sungai berbeda tergantung pada variable lingkungan seperti pH, suhu, konsentrasi oksigen terlarut, dan kandungan nutrien.
Dalam siklus karbon, misalnya, mikroorganisme bertanggungjawab atas proses dekomposisi bahan organik, mengubah senyawa organik kompleks menjadi karbondioksida dan metana melalui proses respirasian aerobik.
Data menunjukkan bahwa aktivitas dekomposer mikroba di sungai dapat berkontribusi hingga 60% terhadap pelepasan karbondioksida ke atmosfer, yang menjadikan sungai sebagai sumber penting gas rumah kaca di skala global.
Selain itu, mikroorganisme juga memainkan peran penting dalam siklus nitrogen, salah satu siklus biogeokimia paling kritis. Bakteri nitrifikasi, seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter, mengubah ammonia menjadi nitrat, sementara bakteri denitrifikasi mengubah nitrat menjadi nitrogen gas, mengembalikannya ke atmosfer.
Proses ini mengendalikan konsentrasi nitrogen dalam air, yang jika berlebihan, dapat menyebabkan eutrofikasi.
Studi empiris menunjukkan bahwa daerah-daerah sungai dengan keragaman mikroorganisme yang sehat mampu mempertahankan keseimbangan nitrogen, mencegah terjadinya "dead zones" yang sering terjadi akibat ledakan populasi alga.
Peran mikroorganisme dalam menjaga kualitas air sungai tidak dapat diabaikan. Salah satu fungsi terpenting mereka adalah degradasi kontaminan organik dan anorganik.
Bakteri seperti Pseudomonas dan Mycobacterium telah terbukti efektif dalam memecah polutan hidrokarbon, termasuk senyawa beracun seperti benzena dan toluena, yang sering mencemari sungai akibat aktivitas industri.
Dalam konteks ini, mikrobiota sungai menjadi agen bioremediasi alami yang berkontribusi terhadap pemurnian air secara alami.