Lahan Gambut Muba Mulai Terbakar, 30 Hektare Membara, Belum Berhasil Dipadamkam

Jumat 19 Jul 2024 - 20:44 WIB
Reporter : Tim
Editor : Edi Sumeks

Sebab, dampak karhutla tak hanya merusak lingkungan. Tapi juga membahayakan kesehatan dan keselamatan. Seperti kejadian di Muratara Rabu (17/7) lalu. Gara-gara bakar lahan, seorang warga di Desa Bumi Makmur, Kecamatan Nibung meninggal. Karena asap dari pembakaran lahan, penyakit asmanya kambuh. Tak ada yang melihatnya pada saat itu.

Kepala BPBD Banyuasin, Reza Agus Perdana melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik, M Rhoma Dona, sudah pernah terjadi karhutla, belum lama ini. Pertama,  di Dusun Setia Harapan Desa Sungai Rengit, Talang Kelapa dengan luas lahan yang terbakar 4 hektare.

Kedua, di Kecamatan Sumber Marga Telang dengan luas lahan terbakar sekitar 2 hektare. "Dua titik itu sudah berhasil dipadamkan,” jelasnya.  Saat ini Banyuasin telah berstatus siaga darurat karhutla. Adapun beberapa daerah rawan karhutla yaitu Pulau Rimau, Tungkak Ilir, Tanjung Lago, Rambutan, Rantau Bayur dan Sembawa sebagian Talang Kelapa, Banyuasin I dan Muara Sugihan. 

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) Wilayah Sumatera, Ferdian Kristianto  mengungkapkan, sudah terjadi karhutla pada 10 daerah di Sumsel. Akumulasi sejak Januari-Juni 2024, luas lahan yang terbakar 313,5 hektare.

BACA JUGA:Tak Berikan Investasi di Lahan Gambut

BACA JUGA:Lahan Gambut Ndikat Terbakar

"Lahan yang terbakar itu di Banyuasin, Ogan Ilir, Prabumulih, Muara Enim, OKU, PALI, Muba, OKI, Muratara dan Musi Rawas," katanya, kemarin (14/7). Dari 10 daerah itu, lahan terbakar yang paling luas dari 313,5 hektare itu berada di OKI, yakni 113,9 hektare. “Lahan mineral 7,5 hektare dan gambut 106,4 hektare," bebernya. 

Selanjutnya, di PALI, lahan yang terbakar seluas 63,5 hektare. Rinciannya, lahan mineral 59,2 hektare dan lahan gambut 4,3 hektare. Ketiga terluas di Muba, 53,6 hektare. “Di Muba baru lahan mineral yang terbakar,” imbuh Ferdian. 

Ferdian mengatakan, beberapa daerah sudah menaikkan status untuk mengantisipasi potensi karhutla. Mitigasi dampak karhutla juga sudah dilakukan. "Prediksi BMKG puncak kemarau akan terjadi pada akhir Juli-Agustus mendatang. Jadi memang kita harus siap menangani karhutla dan dampaknya," pungkas dia.(yud/dik/*/)

 

Kategori :