SUMATERAEKSPRES.ID-Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Nugraha Gumilar mengatakan Indonesia belum mengantongi izin untuk terbang di atas wilayah udara Gaza sehingga bantuan untuk rakyat Palestina di Gaza diterjunkan oleh Angkatan Udara Yordania.
Karenanya, misi pengiriman bantuan terbaru yang berangkat dari Jakarta, Jumat (29 Maret 2024), diangkut terlebih dulu ke Yordania, baru kemudian diterjunkan dari atas ketinggian dengan pesawat Angkatan Udara Yordania.
"Kita (TNI, red) hanya mengantar ke sana (Yordania, red) karena ada perizinan-perizinan tertentu yang kita memang tidak dapat izin. Nah (izin) itu, yang dapat Yordania sehingga kita titip Yordania, tolong di-drop dengan payung kita dan juga bahan makanan kita, juga bahan makanan mereka," ujar Kapuspen TNI usai upacara keberangkatan pengiriman bantuan terjun payung udara orang (PUO) dan payung udara barang (PUB) untuk Gaza di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (29 Maret 2024).
Hingga kini, Indonesia menjadi negara kedua di Asia Tenggara yang mengirimkan bantuan via udara (airdrop) untuk rakyat Palestina di Gaza.
Singapura pada 20 Maret 2024 lalu telah berhasil merampungkan misi menerjunkan bantuan dari atas pesawat C-130 Hercules-nya ke Gaza bekerja sama dengan Angkatan Udara Yordania.
BACA JUGA:Pemilik Uniqlo Tadasi Yanai Dukung Palestina sejak 2001
BACA JUGA:Indonesia Berharap Semua Pihak Patuhi Resolusi Gencatan Senjata
Pesawat Hercules-nya AU Singapura (RSAF) lepas landas dari Pangkalan Udara King Abdullah II di Yordania, kemudian terbang dengan ketinggian rendah di atas Gaza untuk mengirimkan paket bantuan utamanya berupa makanan dan obat-obatan.
Selain itu, sebagian besar negara-negara yang mengirimkan bantuannya via udara (metode airdrop) ke Gaza juga bekerja sama dengan Angkatan Udara Yordania, yang sejak 25 Desember 2023 rutin mengirimkan bantuan kemanusiaan via udara untuk rakyat Palestina di Gaza.
Beberapa negara yang menerjunkan bantuannya via udara itu, adalah Amerika Serikat, Mesir, Uni Emirat Arab, Inggris, Belanda, Belgia, Prancis, Oman, Bahrain, dan Qatar.
Sebagian besar dari negara-negara itu juga bekerja sama dengan Angkatan Udara Yordania saat pengiriman bantuan via udara.
Hingga 10 Maret 2024, Angkatan Udara Yordania setidaknya menggelar 40 pengiriman bantuan via udara, termasuk di antaranya bersama negara-negara lain yang juga mengirimkan bantuan mereka ke Gaza via udara.
BACA JUGA:Mesir dan PBB Tolak Operasi Militer Israel di Kota Rafah, Jalur Gaza
BACA JUGA:MUI Imbau Umat Muslim Boikot Produk Terafiliasi Israel di Ramadan Ini
Pengiriman bantuan via udara yang saat ini populer dengan sebutan airdrop menjadi salah satu cara untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, mengingat banyak jalan dan akses darat lainnya yang hancur akibat gempuran serangan militer Israel.