PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Debat keempat calon wakil presiden (cawapres) berlangsung seru. Di sela jual beli visi misi dan gagasan serta program, sesekali tetap ada sindir menyindir.
Yang disampaikan, tadi malam (21/1) terkait enam tema besar debat tadi malam, yakni Pembangunan Berkelanjutan dan Lingkungan Hidup; Sumber Daya Alam dan Energi; Pangan; Agraria; Masyarakat Adat; dan Desa.
Yang diperdebatkan di antaranya soal kepemilikan lahan hingga 500 ribu hektar. Kemudian tudingan gagalnya program food estate di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), mirisnya nasib petani, masalah pupuk dan lainnya.
Mendapat kesempatan pertama, cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar menyebutkan, pemerintah Indonesia saat ini mengabaikan kehidupan petani. Menurut dia, program food estate juga tidak mempertimbangkan kehidupan masyarakat adat setempat.
BACA JUGA:Bahas 6 Tema, Debat Cawapres ke-2 Dipandu 2 Moderator Perempuan, Catat Waktunya
BACA JUGA:Peran dan Fungsi Panelis Debat Capres-Cawapres, Tanggung Jawab Lebih dari Sekedar Membuat Pertanyaan
"Food estate terbukti mengabaikan petani kita, meninggalkan masyarakat adat kita, menghasilkan konflik agraria dan bahkan merusak lingkungan kita," cetus mengawali debat keempat Pilpres 2024, di Jakarta Convention Center.
Menurutnya, pendiri NU mengatakan petani adalah penolong negeri. “Akan tetapi, hari ini kita menyaksikan negara dan pemerintah abai terhadap nasib petani kita," kata Cak Imin. Ia menambahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani gurem di Indonesia meningkat. Kini, 16 juta orang yang bekerja sebagai petani hanya memiliki setengah hektare. “Sementara ada seseorang yang memiliki tanah 500 ribu hektare sebagai kekuasaan yang diberikan negara kepadanya," ucap Cak Imin.
Cak Imin menyorot pentingnya etika lingkungan untuk mengatasi persoalan iklim yang terjadi saat ini. Katanya, krisis iklim sudah terjadi dan bencana ekologi pun ada di mana-mana. Karenanya, negara harus serius mengatasinya, bukan sekadar mengandalkan proyek giant sea wall yang tidak mengatasi masalah tersebut.
“Kunci penyelesaian krisis iklim ini adalah etika. Etika lingkungan, keseimbangan antara manusia dan alam, tidak menang-menangan. Seimbang, manusia dan alam," tuturnya. Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka menyampaikan di awal penyampaian visi misinya tak menyinggung soal food estate. Dia malah mengusung konsep smart farming bagi petani muda.
Gibran juga mengatakan, akan menaikkan dana desa (DD) sesuai kekuatan fiskal yang dimiliki pemerintah. Sebab, DD terbukti menurunkan angka desa tertinggal serta berhasil meningkatkan desa menjadi berkembang, maju dan mandiri.
BACA JUGA:Meski Dikritik Jokowi, KPU Tetap Gunakan Format Sama dalam Debat Pilpres, Ini Alasannya
BACA JUGA:Viral Reaksi Menangis di Medsos Pasca Debat Capres, Makin Hari Terus Bertambah
Wali Kota Solo itu mendorong RUU Masyarakat Hukum Adat yang lebih berkeadilan. Kata Gibran, hal itu sesuai dengan prinsip sustainable development goals 'leave no one behind'. Ia juga menekankan konsep hilirisasi. Baik itu tambang, pertanian, hingga hilirisasi digital.
Dia mengatakan menegaskan perlunya transisi ke energi hijau. "Jika kita bicara karbon, tentunya kita harus menyinggung juga masalah pajak karbon, carbon storage, dan carbon capture. Agenda pertama, kita harus mendorong transisi menuju energi hijau," kata Gibran.