Kisah Pedagang Jamu Bintara yang Ramai-Ramai Menggunakan QRIS
SUMATERAEKSPRES.ID - Pembayaran melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) kini sudah menyentuh semua lapisan masyarakat. Tak hanya merchant atau toko-toko modern, pedagang jamu pun kini sudah menggunakannya sebagai alat transaksi pembayaran bagi konsumen.
AROMA jahe, kunyit, kencur, lengkuas, temulawak, hingga sambiloto sangat kental waktu subuh. Di rumahnya, Sariyem (45) tengah sibuk memblender tanaman rempah-rempah ini satu persatu hingga halus dan menyaring saripatinya. Setelah itu ia menuangkannya ke botol plastik dan menyusunnya ke bakul jamu.
Setelah fajar menyingsing, ia bersiap-siap keluar rumah, meletakan bakulnya ke sepeda, lalu mengayuh berjualan keliling. Tak lupa sambil membawa stiker barcode QRIS dan caping kerucut demi melindungi kepalanya dari terik mentari.
BACA JUGA:Bukan Penghasil Durian, Pedagang Durian di Martapura Tetap Menjamur
BACA JUGA:Sekali Coba, Pasti Ketagihan! Ternyata Begini Resep Rendang Jamur yang Gurih dan Super Enak
Setiap pagi Sariyem tak pergi sendiri, ia berombongan dengan 22 pedagang jamu lain keluar Kampung Jamu Bintara 16 di Lorong Bintara RT 16, Kelurahan Kuto Batu, Kecamatan Ilir Timur (IT) III, Kota Palembang. Ada yang berjalan kaki menggendong jamu tradisional, naik angkot, bersepeda, atau mengendarai motor keliling kota.
Walau pergi berbarengan, mereka punya tujuan berbeda. Mereka berbagi pasar ke Kenten, Mata Merah, Pasar Kuto, Pasar 16 Ilir, dan sebagainya. Tapi seperti Sariyem, semua pedagang jamu yang tergabung dalam Komunitas Kampung Jamu Bintara itu juga sudah memiliki barcode QRIS dari bank sejak tahun 2021. Mereka membawa masing-masing, jika sewaktu-waktu ada konsumen mau membayar non tunai.
“Pelanggan kami memang rata-rata masih membayar tunai, cuma sesekali ada yang menanyakan QRIS. Makanya stiker-nya selalu saya bawa kemana-mana,” cerita Sariyem. Nanti setiap pembayaran langsung masuk rekening bank pedagang, tak repot sebenarnya, dan tak perlu menyiapkan uang kecil untuk kembalian.
Penggunaan QRIS oleh pedagang jamu menandakan sistem pembayaran berbasis digital ini sudah menyentuh seluruh lapisan masyarakat hingga kelompok UMKM mikro. Bahkan tak sekedar itu, saat ini transaksi cashless via QRIS pun bisa digunakan di Thailand dan Malaysia, implementasi selanjutnya Singapura dan Filipina.
BACA JUGA:Cara Mudah Budidaya Jamur Enoki, Mulai dari Persiapan Hingga Panen! Begini Triknya
BACA JUGA:Waspada Jamur dan Karat Menyerang Bodi Mobil Saat Musim Hujan
Koordinator Komunitas Kampung Jamu Bintara, Dian Lestari Ekawati mengatakan 23 pedagang jamu di kampungnya mendapat barcode QRIS dari Bank Indonesia, BRI, dan Bank Sumsel Babel (BSB), sepaket saat mereka mendapat kucuran Kredit Usaha Rakyat (KUR) langsung dibuatkan.
“Cuma namanya pedagang jamu, ada yang tidak paham transaksi elektronik apalagi yang sepuh. Mereka (bank, red) lalu sosialisasi, begini begini. Mereka menjelaskan manfaat QRIS seperti praktis, cepat, efisien. Nanti setiap transaksi masuk rekening pedagang sendiri. Setelah itu bank menerbitkan QR Code-nya,” ujar Dian.
Jadi sekarang kemana-mana, keliling Kota Palembang, pedagang membawa kertas atau stiker QRIS. “Pas lewat perusahan-perusahaan banyak menanyakan pembayaran QRIS, karena pegawai rata-rata tidak membawa uang cash,” lanjutnya. Menguntungkan lagi ketika UMKM jamu ikut bazar bersama Perbankan yang membina mereka.