Presiden Direktur Bank CIMB Niaga, Lani Darmawan menjelaskan isu perubahan iklim telah menjadi perhatian global selama beberapa dekade terakhir. Laporan World Meteorological Organization memperkirakan antara tahun 2023-2027, suhu global akan bertambah hingga mencapai ambang kritis 1,5 derajat celcius. Sehingga ada kemungkinan 98 persen pada 5 tahun ke depan akan menjadi rekor terpanas. “Kenaikan suhu tentu dikhawatirkan berdampak bagi kesehatan, ketahanan pangan, serta pengelolaan air dan lingkungan,” terangnya.
Dalam menghadapi perubahan iklim ini, dunia telah memperkuat komitmennya melalui Perjanjian Paris (Paris Agreement) bahwa setiap negara sepakat mengurangi emisi GRK, membatasi kenaikan suhu global di bawah 2 derajat celcius atau idealnya 1,5 derajat celcius. Indonesia melalui momentum Presidensi G20 pada tahun 2022 telah menyampaikan komitmen iklim yang lebih kuat dengan target penurunan emisi GRK. Semua pemangku kepentingan juga didorong berkontribusi.
“CIMB Group dan CIMB Niaga berkomitmen mendukung isu perubahan iklim melalui keanggotan di Collective Commitment to Climate Action, Net Zero Banking Alliance, serta sebagai salah satu emerging banking pertama di Indonesia dan ASEAN yang berkomitmen mencapai net zero organization pada tahun 2050,” sebutnya.
Komitmen tersebut diterjemahkan CIMB Niaga dalam beberapa aksi dan inisiatif membangun ekosistem pembiayaan berkelanjutan, misalnya membiayai sektor-sektor yang memiliki kontribusi positif pada lingkungan dan sosial. Termasuk energi baru terbarukan (EBT), energi bersih, serta efisiensi karbon dengan konsep climate financing dan nature based solution (solusi berbasis alam).
“Hal ini kita terapkan lewat penyaluran berbagai produk dan program keuangan berkelanjutan, baik pendanaan maupun pembiayaan. Beberapa produk yang sudah kami buat misalnya sustainability market link deposit sebagai wadah investasi hijau, KPR hijau, pembiayaan panel surya melalui kartu kredit, sustainability linked loan, dan program sustainability financing,” katanya. (fad)