Seputar Kanker Payudara, Cara Mendeteks hingga Pencegahannya
26 Oktober dieringati sebagai Hari Kanker Payudaya Sedunia--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Setiap tanggal 26 Oktober diperingati sebagai Hari Kanker Payudara Sedunia.
Hal ini karena kanker payudara jadi penyakit yang menduduki peringkat teratas kanker yang diidap kaum hawa.
"Kanker payudara merupakan kanker yang sering diderita wanita. Dan sekarang ini kanker payudara menduduki ranking pertama dari semua jenis kanker pada wanita,"ujar dr. Benny Kusuma, SP. B (K) ONK, MARS, Spesialis Bedah Onkologi Rumah Sakit dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang.
Ia menegaskan, perlu adanya edukasi kepada masyarakat agar lebih mengenal apa itu kanker payudara.
"Bagaimana cara mendeteksinya dan bagaimana cara penata laksanaanya, hingga pencegahan,"katanya.
BACA JUGA:Lima Faktor Risiko Pemicu Kanker Ovarium
BACA JUGA:Pengobatan Tergantung Stadium dan Jenis Kanker
Ia menjelaskan, bahwa kanker payudara ini adalah suatu neoplasma ganas pada jaringan payudara yang ada pada darah.
Meliputi puting susu aryola kemudian jaringan payudara.
"Inilah penyakit itu asalnya dari situ,"ujarnya.
Menurut dr. Benny, untuk mencegah agar tidak terjangkit kanker, setidaknya ada tiga strategi pendekatan.
Pendekatan tersebut yakni:
1. Pendekatan primer
2. Pendekatan sekunder
3. Pendekatan tersier
BACA JUGA:Kanker Prostat, Diagnosis hingga Efek Samping
BACA JUGA:Alami Kaheksia, Ini Terapi Nutrisi Pasien Kanker Nasofaring
Pendekatan Primer
Pendekatan primer yakni memberikan informasi kepada masyarakat tentang bagaimana menyikapinya.
"Misalnya berpikir sehat, olahraga, makanan yang bergizi, aktivitasnya baik dan berpikir positif,"katanya lagi
Menurutnya, strategi pendekatan primer belumlah cukup untuk mencegah agar tidak terkena kanker payudara.
Karena hal ini hanya mengurangi resiko terkena kanker payudara saja.
Pendekatan Sekunder
Kedua pendekatan sekunder, yakni agar masyarakat melakukan deteksi terhadap kanker payudara.
"Deteksi dini melakukan pemeriksaan payudara oleh si penderita kanker tersebut,"katanya.
Untuk hal ini, dr. Benny membagi pasien menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama usia tua atau post menopouse yang tidak haid lagi dan Kelompok kedua usia muda atau usia produktif yang masih mengalami menstruasi (haid).
"Kelompok yang masih produktif kita hitung kapan datang menstruasinya misalnya mens tanggal 1, tujuh hari kemudian tanggal 8 sudah kering dari kering itu ditambah 7 hari sehingga payudaranya menjadi normal di situlah kita melakukan tindakan sadari (periksa payudara sendiri, red),”katanya
Mengenai seberapa lama seseorang yang masuk kategori kelompok usia produktif melakukan pemeriksaan yakni, seumur hidup minimal satu kali dalam satu bulan.
"Kalau kelompok umur yang sudah tidak menstruasi lagi kita hanya menentukan tanggal pemeriksaan, misalnya pemeriksaan awal tanggal 1 maka bulan depannya tanggal 1 juga selama hidupnya,"ungkapnya
Ia menegaskan, kuncinya jika ada benjolan di payudara tolong cepat datang ke kita melalui tombak terdepan kami salah satunya P2WPKP (Persatuan Pendukung Wanita Penyandang Kangker Payudara).
"Mereka nanti memberi masukan setelah itu mereka akan mengirimkan ke kita. Nah, itu yang paling penting yang harus diketahui masyarakat,"ujarnya.
BACA JUGA:Efek Samping Radiasi pada Kanker Nasofaring
BACA JUGA:Empat Faktor Penyebab Kanker Paru
Pendekatan Tersier
Sedangkan pendekatan tersier adalah berhubungan dengan tenaga medis dalam penanganan medis mulai dari tindakan, pengobatan dan memonitor penderita.
Disinggung mengenai usia pasien kanker yang tengah ditangani tenaga medis, dr. Benny mengatakan, kanker payudara dapat terjadi pada semua usia.
“Tingkatanya mulai umur 35 tahun mulai meningkat. Puncaknya diumur 50 tahun,"katanya.
Menurutnya yang jadi pertanyaan apakah penderita kanker payudara ada dibawah umur 35 tahun.
"Saya punya pasien usianya 14 tahun, jadi penderitanya ada untuk pasien dibawah 35 tahun,"tegasnya
Ia mengimbau kepada masyarakat maupun stokeholder agar menginformasikan mengenai pentingnya deteksi dini untuk mencegah kanker payudara.
Sebab, menurutnya rata-rata pasien yang datang ke RSMH adalah pasien dengan stadium 3B dan stadium 4,
"Oleh sebab itu dengan adanya kegiatan deteksi dini insyaallah kedepan kita menangani pasien stadium satu atau stadium dua,"terangnya lagi.
Kata dr Benny, penanganan penderita kanker terhambat bukan karena penderita tidak mengetahuinya.
Namun, mereka segan atau malu.
"Intinya jika ada benjolan didada jangan ditunda-tunda ke rumah sakit,"tegasnya.
Ia mengimbau, untuk pencegahan kanker payudara, makan makanan sehat, olahraga yang cukup, aktivitas yang cukup dan berpikir positif.
" Hal ini hanya menurunkan tapi tidak mencegah makanya kita gunakan istilah pendekatan. Ciri utamanya kanker payudara adanya benjolan yang ditakutkan baru kemudian muncul rasa nyerinya,"tukasnya. (nni/lia)