Lima Faktor Risiko Pemicu Kanker Ovarium 

PALEMBANG - Kanker ovarium adalah tumor ganas ovarium (indung telur) yang paling sering dijumpai pada wanita, baik usia muda, usia reproduktif, dan yang berusia sekitar 50-70 tahun. "Kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain, seperti rongga panggul dan rongga perut melalui sistem limfatik dan melalui sistem pembuluh darah ke hati dan paru-paru," jelas Dr.dr Patiyus Agustiansyah SpOG, Subsp, Onk, MARS, Dokter Spesialis Onkologi Ginekologi KSM Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit dr Mohammad Hoesin. Katanya, kanker ovarium (indung telur) terbentuk di jaringan salah satu atau kedua ovarium (indung telur)  dan dapat berkembang pada permukaan ovarium (epitel ovarium) yang disebut sebagai karsinoma ovarium epitel atau pada jaringan ovarium lainnya (non-epitelial). Karsinoma ovarium non- epitelial yang paling umum terjadi adalah tumor sel germinal maligna dan tumor sex cord- stromal. Lebih jauh dijelaskan, Karsinoma ovarium menempati urutan ketujuh pada kanker yang paling sering terjadi pada wanita dan penyebab kematian urutan kedelapan akibat kanker pada wanita di seluruh dunia.

"Karsinoma ovarium merupakan kanker ginekologis ketiga yang paling sering terjadi setelah kanker serviks dan rahim. Karsinoma ovarium juga merupakan penyakit dengan prognosis yang buruk dan tingkat angka kematian  tinggi,"jelasnya.
Walaupun insiden karsinoma ovarium lebih rendah dari kanker payudara, namun kanker ovarium tiga kali lebih mematikan. Diperkirakan pada  2040, angka kematian penyakit ini akan meningkat secara signifikan. Pada  2020, terdapat sekitar 21.750 kasus baru karsinoma ovarium, terhitung 1,2 persen dari semua kasus kanker. Perkiraan jumlah kematian mencapai 13.940. Sekitar 15,7 persen. Kasus karsinoma ovarium terdiagnosis pada stadium awal dan memiliki angka harapan hidup lima tahun 92,6 persen dan sekitar 58 persen ditemukan pada stadium lanjut dimana angka harapan hidup lima tahun turun menjadi 30,2 persen. Menurut data Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) 2020, karsinoma ovarium menempati urutan ke-10 dengan jumlah kasus kanker baru terbanyak di Indonesia sebanyak 14.896 dari total 396.914 kasus baru untuk semua jenis kanker. Angka kematian mencapai hingga 9.581 kasus.
"Pada 2020, insiden karsinoma ovarium di Indonesia menduduki peringkat ketiga kanker terbanyak pada wanita dan penyebab kematian urutan ketujuh terbanyak akibat penyakit kanker ini. Angka kejadian dan kematian karsinoma ovarium di Indonesia cukup dibilang tinggi, hal tersebut dikarenakan diagnosis dini karsinoma ovarium yang sulit,"paparnya
Penyebab karsinoma ovarium belum ditemukan secara pasti sampai saat ini, namun penelitian menunjukkan terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko kejadiannya, seperti riwayat keluarga dengan karsinoma ovarium memiliki risiko dua kali lebih mungkin untuk mengidap karsinoma ovarium dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan karsinoma ovarium Usia, dimana seiring bertambah usia, akan terjadi peningkatan. Terutama pada epitel permukaan ovarium dengan ovulasi yang berulang Paritas, Nulliparitas atau belum pernah melahirkan anak merupakan salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian karsinoma ovarium. Menarche. Memiliki risiko lebih besar terhadap timbulnya kanker pada wanita. Siklus menstruasi yang terjadi sebelum usia 12 tahun bisa menjadi faktor penyebab terjadinnya karsinoma ovarium dikarenakan hormon estrogen mengalami peningkatan bersamaan dengan faktor eksternal dengan pola hidup tidak sehat. Riwayat Kontrasepsi. Hubungan antara ovulasi yang terus menerus dengan terjadinya inflamasi dan karsinogenesis ovarium tipe epitel. Hal tersebut dikarenakan folikel matang yang tidak pecah, mencegah pelepasan oosit dapat menyebabkan peningkatan LH (luteinizing hormone) yang dapat merusak ovarium Obesitas. Wanita dengan status gizi obesitas memiliki risiko 10 persen lebih tinggi terkena karsinoma ovarium dibandingkan wanita dengan indeks massa tubuh normal. Penatalaksanaan, tindakan pembedahan bertujuan untuk mengangkat tumor sebanyak-banyaknya yang berada di rongga panggul maupun rongga perut.
"Tindakan ini dilakukan pada wanita yang sudah tidak menginginkan keturunan lagi dan pada kasus kanker ovarium stadium lanjut. Sedangkan pada wanita yang masih menginginkan keturunan maka hanya melakukan pengangkatan tumor pada salah satu indung telur tanpa mengangkat rahim, biasanya dilakukan pada penderita kanker ovarium stadium awal,"jelasnya
Lanjutnya, kemoterapi merupakan pengobatan kanker yang menggunakan obat-obatan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker. Cara kerja kemoterapi ini yaitu dengan membunuh sel atau dengan menghentikan pembelahan dari sel kanker tersebut yang masih beredar di dalam tubuh penderita. "Kemoterapi memiliki efek samping pada organ tubuh yang sehat yang melakukan pertumbuhan sel, seperti rambut, saluran cerna, sum-sum tulang, lapisan kulit dll dan biasanya pasien pasca kemoterapi akan mengalami kerontokan rambut yang bersifat sementara, anemia, diare dan efek samping tersebut dapat diatasi dan diobati,"urai nya Targeted Therapy (Terapi target) merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat-obatan atau zat lain untuk mengidentifikasi dan menyerang sel kanker pada titik tertentu saja, sehingga efek samping pada organ sehat lain lebih ringan. Kemudian Imunoterapi merupakan pengobatan dengan menggunakan sistem kekebalan tubuh pasien untuk melawan kanker. Zat yang dibuat oleh tubuh atau dibuat di laboratorium digunakan untuk dapat meningkatkan, mengarahkan, atau memulihkan pertahanan alami tubuh terhadap kanker. Pengobatan kanker imunoterapi ini merupakan jenis terapi biologis. Untuk mencegah terjadinya kanker ovarium maka wanita-wanita yang memiliki faktor-faktor risiko sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan USG dan laboratorium darah minimal enam bulan sekali, sehingga bila ditemukan adanya pertumbuhan abnormal pada indung telur dapat ditatalaksanakan secepatnya dan akan meningkatkan harapan hidup lebih baik kalau terdeteksi di stadium awal. "Pola hidup sehat merupakan salah satu cara pencegahan terhadap pertumbuhan sel indung telur yang abnormal. Memilih makanan yang bergizi dengan prinsip 4 sehat lima sempurna, dan alami adalah salah satu kiat menjaga kesehatan tubuh, olah raga yang cukup, menghindari stress dan bahan-bahan berbahaya seperti rokok, alkohol dan narkoba dan melakukan pemeriksaan skrining kesehatan secara rutin,"tandasnya. (nni/lia)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan