Mengenang Tragedi Tsunami Aceh: 26 Desember yang Mengubah Sejarah Indonesia Selamanya!
Ilustrasi AI Tsunami-Foto: Freepik-
SUMATERAEKSPRES.ID - Empat hari lagi, tepat pada 26 Desember 2004, Indonesia akan mengenang salah satu tragedi terbesar dalam sejarah, yakni tsunami Aceh.
Musibah yang menelan ratusan ribu jiwa ini meninggalkan kenangan mendalam, tidak hanya di Aceh, tetapi juga di dunia internasional. Tsunami Aceh tercatat sebagai bencana alam dengan jumlah korban tewas terbanyak di bumi ini.
Pada pagi yang cerah di tanggal 26 Desember 2004, gempa bumi berkekuatan 9,1 hingga 9,3 skala Richter mengguncang Samudra Hindia, memicu gelombang tsunami Aceh yang datang begitu mendalam dan menghancurkan segala yang ada di pesisir Aceh.
Tragedi ini tidak hanya menghancurkan fisik wilayah tersebut, tetapi juga meninggalkan luka emosional yang masih dirasakan oleh masyarakat Aceh hingga hari ini.
BACA JUGA:Klaim Skin Trial dan Moonstones Gratis: Kode Redeem MLBB Hari Ini, 22 Desember 2024
Detik-Detik Menghancurkan: Tsunami Aceh yang Tak Terbendung
Sekitar pukul 07.58 WIB, gempa yang terjadi berlangsung hanya beberapa menit, namun dampaknya begitu besar.
Pusat gempa yang terletak di dasar laut, sekitar 160 kilometer barat Sumatera, memicu tsunami dengan ketinggian gelombang hingga 30 meter di beberapa lokasi.
Dalam hitungan menit, kota-kota, desa-desa, dan seluruh kehidupan di pesisir Aceh tersapu habis.
Banda Aceh, ibu kota provinsi, menjadi salah satu daerah yang paling parah terkena dampak. Ribuan rumah rata dengan tanah, dan masjid-masjid yang selama ini berdiri kokoh pun hancur diterjang ombak Tsunami Aceh.
BACA JUGA:5 Penyebab Timnas Indonesia Tersingkir di Piala AFF 2024, Nomor Terakhir Paling Menyakitkan
BACA JUGA:Kejaksaan Negeri Lahat Periksa Dugaan Korupsi dalam Pembuatan 240 Peta Desa
Jalan-jalan utama berubah menjadi sungai lumpur dan reruntuhan, sementara korban jiwa memenuhi setiap sudut kota.
Amiruddin (bukan nama sebenarnya), salah satu saksi mata, mengenang dengan pilu, “Suara gemuruh seperti kereta api yang datang dari laut, dan dalam sekejap air menyapu segalanya. Saya berlari sambil menggandeng anak saya. Rumah kami hilang, banyak saudara saya juga hilang.”