https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Harapan Konsolidasi Pasca Kontestasi Pemilihan Gubernur Sumatera Selatan

Mendagri Tito Karnavian pelantikan serentak kepala daerah hasil Pilkada 2024 akan digelar pada 20 Februari 2025, meski ada penundaan akibat sengketa. Pemerintah Sumsel telah siap dengan persiapan pelantikan. Foto:Agustina/Sumateraekspres.id--

Pemilihan umum serentak yang terjadi pertama ini, membuat penyelenggara pemilu, pemerintah hingga masyarakat saling “meraba” dan belajar tentang semua potensi kemungkinan apa yang akan terjadi pada saat proses pencoblosan.

Setiap potensi hal-hal buruk berusaha dibaca dengan semaksimal mungkin sehingga meminimalisir peristiwa yang tidak diinginkan, dan hasilnya, pada saat pemilukada 2024 di Provinsi Sumatera Selatan aman dan minim konflik.

Hal tersebut perlu kita apresiasi karena keberhasilan merupakan peran dari semua aktor, tanpa terkecuali.Pekerjaan rumah selanjutnya adalah terus menjaga “rumah” ini untuk selalu tenang dan berkembang, namun kita tetap harus focus menyelesaikan permaslaahan yang pernah hadir di tengah masyarakat,karena tidak ada yang sempurna dari proses politik. Rekonsiliasi menjadi jalan untuk merajut asa di masa depan. 

Merajut Hubungan Kusut

Kontestasi telah berakhir, namun pertanyaan selanjutnya adalah apakah semua masalah yang terjadi pada saat proses kontestasi juga otomatis akan berakhir? Jawabannya untuk saat ini adalah,belum tentu. Karena gesekan yang terjadi bukan tidak mungkin akan berdampak pada permasalah jangka Panjang.

Walaupun deklarasi damai talah dideklarasikan oleh semua paslon, namun para elit politik tidak bisa memastikan bahwa semua berjalan dengan harapan terutama di tingkat local, karena semua memiliki kepentingan masing-masing yang tidak dapat ditakar dan di ukur sejauh mana mereka berjuang di tingkat local.

Bersyukurnya, pada Pilkada di Sumatera Selatan pada tahun 2024 ini tidak mencuat berita terjadi konflik vertical ataupun horizontal, hanya terdapat beberapa laporan pelanggaran pemilu yang dilaporkan kepada Badan Pengawas Pemilu baik kabupaten kota ataupun Provinsi.

Antisipasi semua stakeholder agar permasalahan tidak meruncing dan merambat kemana mana menjadi momentum yang baik agar menjaga keadaan tetap stabil. Masyarakat akan selalu menjadi korban Ketika terjadi pertarungan-pertarungan antara elit politik 

Pertarungan politik lebih banyak hanya digambarkan  terjadi antar elit politik saja, namun lebih jauh realitas di lapangan adalah kontestasi politik menyusur semua lapisan masyarakat, dan dibeberapa tempat terlihat lebih panas.

Hubungan dalam masyarakat yang sebelum peristiwa politik terasa rukun, bukan tidak mungkin dengan adanya pemilu hubungan yang dirajut bisa menjadi kusut.

Pertentangan pilihan dan berbagai kepentingan tidak bisa dihindarkan ketika semua memiliki “jagoan” masing-masing untuk dimenangkan, dengan berbagai alasan masyarakat berusaha untuk memenangkan pasangan calon yang mereka dukung.

Berbagai alasan mulai dari kepentingan finansial, kekerabatan, hingga niat tulus untuk memenangkan pasangan dukungannya, semua alasan tersebut dibalut dalam  kata yaitu “menang”.

Tidak dapat di generalisasi bahwa kontestasi politik selalu berujung pada panasnya hubungan antar masyarakat, namun lebih baik kita dapat menyoroti dan focus untuk menyelasaikan riak riak masalah yang tidak terlalu diperhatikan.

Mengutip Dalam teori IceBerg (Gunung Es) semua peristiwa itu menyimpan bara konflik apabila tidak benar-benar di selesaikan. Secara kasat mata masalah yang  terlihat hanya persoalan kecil, namun terkadang tidak terbaca bahwa sedang menyimpan bara dendam yang kapan saja dapat meledak.

Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk merajut permasalahan yang  hadir pada saat proses pemilihan umum kepala daerah yang telah usai, oleh sebab itu perlu adanya niat tulus dari semua pihak untuk melangkah lagi dalam proses membangun Sumatera Selatan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan