https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Dengar UN Siswa Sudah Stres, Tekanan Bertambah, Orang Tua Ikut Cemas, Merasa Tidak Cocok Kurikulum Merdeka

--

Menurutnya, UN tidak cocok karena sekarang dari kelas 10 sudah menerapkan Kurikulum Merdeka, yang materi pembelajaran kurang intens. "Seperti K13 dan juga kami itu kan ada P5, jadi agak kurang belajarnya. Kalau tiba- tiba ada UN, Kurikulum Merdeka kurang bisa mencocokannya," ujarnya berpendapat.

Kekhawatiran UN, bukan hanya dari kalangan siswa. Tapi juga orang tua. Salah satunya Daud, warga Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan IB I, Palembang. “Orang tua jadi ikut cemas, takut anak tidak lulus bila UN jadi syarat utama kelulusan,” tuturnya, kemarin.

Tidak hanya anak atau siswa yang stres, menurutnya orang tuanya juga bisa ikut stres. ”Selain itu, anak akan merasa terbebani dan tertekan dalam persiapan menghadapi Ujian Nasional," cetusnya.

Baginya, UN tidak mencerminkan potensi dan kemampuan anak. Terutama dalam hal kreativitas, keterampilan soft skills, dan pengembangan karakter. "Anak-anak itu tidak sama, kalau dipukul rata tentu akan berdampak pada anak lain. Bahkan bisa-bisa jadi stres karena tertekan," tukasnya.

 BACA JUGA:Menteri Agama Komit Menyusun Kurikulum Pendidikan Agama yang Mendasarkan pada Toleransi

BACA JUGA:WAJIB TAU, Ini Arti Kurikulum Deep Learning dan Contohnya

Sebelumnya, Mendikdasmen Abdul Mu'ti menyampaikan sistem UN yang baru hanya akan diadakan di sekolah-sekolah yang sudah terakreditasi. fokus pada kemampuan individu. Berbeda dengan AN, yang berbasis sampling dan mencerminkan nilai sekolah secara umum.

Terpisah, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Lalu Hadrian Irfani, mengatakan pada dasarnya Komisi X DPR RI mendukung UN dilaksanakan kembali. "Jangan sampai UN memunculkan kembali momok bagi peserta didik kita.  Memunculkan kembali ketakutan seperti yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya," ujarnya.

Karena itu Komisi X akan memanggil Mendikdasmen untuk menjelaskan secara komprehensif.  Meminta seluruh sarana dan prasarana harus disiapkan secara merata di seluruh Indonesia. “Utamanya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T),” imbuhnya.

Untuk diketahui, UN sudah dihapus dari sistem ujian lembaga pendidikan dasar dan menengah sejak tahun 2021 lalu. UN pertama kali dikenalkan tahun 2005 silam, ditetapkan sebagai penentu kelulusan. Nilai UN juga sebagai pertimbangan penerimaan didik baru di jenjang selanjutnya.

UN kemudian mengalami perubahan istilah menjadi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di beberapa sekolah. Untuk memperbarui sistem evaluasi dan mengikuti perkembangan teknologi. Pada 2015, kemudian UN bukan lagi sebagai penentu kelulusan. Pada tahun 2021, UN dihapuskan dan diganti dengan Asesmen Nasional (AN).

BACA JUGA:Analisis Kritis Terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka

BACA JUGA:Cegah Judol di Kalangan Anak, Perlunya Pendidikan Literasi Financial Masuk Kurikulum Merdeka

Terpisah,  Plt Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumsel H Awaluddin  SPd MSi, mengatakan sejauh ini pihaknya belum menerima info secara resmi terkait UN bakal kembali diterapkan. Prinsip Disdik mematuhi  kebijakan Kemendikdasmen. 

“Kami ikut kebijakan sesuai aturan. Begitu ada informasi resmi baik secara lisan atau tertulis dari Kemendikdasmen, segera kita tindak lanjuti. Tapi sampai saat ini, belum ada informasi resmi," singkatnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan