https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Dengar UN Siswa Sudah Stres, Tekanan Bertambah, Orang Tua Ikut Cemas, Merasa Tidak Cocok Kurikulum Merdeka

--

SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Ujian Nasional (UN) akan kembali diberlakukan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti, untuk Tahun Ajaran 2025-2026 mendatang. Formulasinya belum ditentukan, karena dia ingin mendengar masukan dari berbagai pihak dulu.

Ramainya pemberitaan soal wacana UN, sudah membuat sejumlah siswa merasa khawatir. "UN itu ‘kan menimbulkan kecemasan dan kelelahan,” ucap Nabila, siswi SMA Negeri 1 Palembang, Jumat (3/1).

Apalagi jika UN menjadi syarat wajib kelulusan, menentukan masa depan siswa. “Tentu menambah tekanan dan stres bagi para siswa,” tambah Nabila. Menurutnya, persiapan dan pelaksanaan UN dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka siswa.

"Karena kita harus lebih giat belajar demi dapat nilai yang baik. Kalau mau santai, ya tentu nilai bisa santai (baca:kecil, red) juga bakalan,” katanya. Nabila sendiri tidak masalah jika UN akan diberlakukan lagi. Namun, bukan sebagai syarat utama kelulusan.

BACA JUGA:Hanya Untuk Sekolah Terakreditasi, Kebijakan Terkait Pelaksanaan Ujian Nasional

BACA JUGA:Mendikdasmen: Ujian Nasional Tetap Ada, Tapi dengan Format Baru di 2025, Apa yang Berbeda?

"Kalau UN bukan syarat utama kelulusan, tentunya baik. Dalam arti kata, siswa tidak akan menjadi stres. Hanya saja sebagai rasa tanggung jawab, kita punya kewajiban belajar sebagai seorang pelajar,” tegasnya. 

“Apalagi kalau mau lanjut ke perguruan tinggi, nilai bagus menjadi peluang besar dalam persiapan diri masuk ke perguruan tinggi yang diimpikan," tambahnya.

Senada dikatakan, Fatih, siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang.  UN hanya untuk mengukur kemampuan akademis dalam satu momen, tanpa memperhitungkan usaha dan perkembangan  selama 3 tahun penuh sekolah. 

"Paling tidak usaha siswa selama satu tahun penuh, saat di kelas XII," ujarnya. Baginya juga, tidak masalah diberlakukan UN kembali. Namun bila sebagai syarat kelulusan, tentu akan memberikan beban bagi siswa. Apalagi jika yang diujikan, berbeda dari materi pelajaran. 

"Materi yang diujikan dalam UN dianggap tidak mencakup seluruh kompetensi yang dibutuhkan siswa, seperti keterampilan soft skills dan pengembangan karakter,” ulas Fatih. 

BACA JUGA:Pelajari Penerapan Kurikulum Berbasis OBE

BACA JUGA:Kembangkan Kurikulum Berbasis Cinta, Di UIN Raden Fatah, Prof Nyayu Jadi Plt

Selain itu, UN sering dianggap tidak adil. Karena siswa dari daerah terpencil atau dengan akses pendidikan yang terbatas, merasa bahwa mereka tidak memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing dengan siswa dari kota besar yang memiliki fasilitas pendidikan lebih baik.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan