Kinerja Perekonomian 2025: Optimisme Menguat dengan Tanda-Tanda Positif di Sektor Manufaktur dan Inflasi
Kinerja Perekonomian 2025: Optimisme Menguat dengan Tanda-Tanda Positif di Sektor Manufaktur dan Inflasi-Foto: Freepik-
Salah satunya adalah program akselerasi hilirisasi industri berbasis sumber daya alam, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku.
Dalam hal ini, penggunaan bahan baku lokal dianggap lebih efisien dan dapat mengurangi beban biaya produksi akibat penurunan nilai tukar Rupiah.
BACA JUGA:Rencana Empty Void Ungkap Strategi Ciptakan Pasukan Kuat untuk Kalahkan God di One Punch Man
BACA JUGA:Mengungkap Misteri Pantai Parangtritis: Keindahan Alam Berpadu dengan Kisah Mistis Ratu Kidul
Selain itu, insentif fiskal dan kemudahan perizinan juga diberikan oleh Pemerintah untuk mendorong lebih banyak inovasi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Skema insentif PPN DTP, terutama untuk sektor otomotif, serta pembiayaan untuk revitalisasi mesin di sektor industri padat karya seperti tekstil dan makanan dan minuman, adalah bagian dari upaya Pemerintah dalam meningkatkan daya saing industri.
Lebih lanjut, upaya meningkatkan penetrasi pasar ekspor juga menjadi prioritas Pemerintah. Pemerintah sedang mempercepat proses bergabung dalam perjanjian Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) dan menyelesaikan perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU CEPA).
Hal ini bertujuan untuk memperluas akses pasar ekspor Indonesia, khususnya di kawasan Amerika Latin dan Uni Eropa.
Tantangan yang Dihadapi dalam Menghadapi Ketidakpastian Global
Namun, meskipun optimisme menguat, beberapa tantangan masih tetap ada. Kenaikan harga komoditas global, seperti emas, kopi, dan minyak sawit mentah (CPO), memberikan tekanan terhadap biaya produksi di dalam negeri.
Fluktuasi harga minyak mentah global serta penguatan nilai tukar dolar AS juga turut menyebabkan kenaikan harga bahan baku impor.
Meskipun demikian, upaya Pemerintah untuk mengatasi masalah ini terus dilakukan, baik melalui pengendalian harga dan penerapan kebijakan perlindungan industri dalam negeri.
Pengendalian Inflasi dan Stabilitas Harga Pangan
Terkait inflasi sepanjang tahun 2024, keberhasilan pengendalian inflasi didorong oleh berbagai faktor, baik dari eksternal maupun domestik. Fluktuasi harga komoditas global, seperti emas, kopi, dan minyak mentah, menjadi penyebab utama inflasi yang terjadi di Indonesia.
Selain itu, penyesuaian tarif cukai hasil tembakau, curah hujan yang tinggi, serta momen Hari Besar Keagamaan Nasional juga memengaruhi pergerakan inflasi.
Inflasi pada komponen harga bergejolak (volatile food/VF) tercatat sebesar 2,04% (mtm) dan 0,12% (yoy), yang menunjukkan bahwa upaya pengendalian harga pangan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia tetap berhasil menjaga inflasi tetap berada di bawah 5%.
Komponen inti inflasi, yang mencerminkan daya beli masyarakat, mengalami inflasi 0,17% (mtm) atau 2,26% (yoy), dipengaruhi oleh kenaikan harga emas perhiasan dan kopi.