https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Potensi Tekor Rp20 T, Pembayaran Klaim BPJS Kesehatan di Sumsel Masih Lancar, Kemungkinan Iuran Peserta Naik

--

SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Di tengah kualitas layanan yang masih sering dikeluhkan peserta saat beroba, BPJS Kesehatan juga dipusingkan dengan terus bertambahnya klaim dari fasilitas kesehatan.  Baik dari puskesmas/klinik sebagai faskes tingkat pertama, maupun rumah sakit sebagai faskes lanjutan.

Alhasil, hingga Oktober 2024 saja, biaya jaminan kesehatan yang telah dikeluarkan BPJS Kesehatan mencapai Rp146,28 triliun. Sedangkan pendapatan dari iuran peserta hanya Rp133,45 triliun. Artinya, BPJS Kesehatan tahun ini potensi defisit Rp20 triliun. Tekornya keuangan tahun ini dibeberkan Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi X DPR-RI medio November 2024 lalu.

“Potensi defisit (2024) tidak banyak, kira-kira Rp20 triliunan. Kemungkinan tidak ada gagal bayar sampai tahun 2026. Untuk itu, kami mau menyesuaikan pembayaran iuran peserta di 2025,” ujarnya. Dijelaskan, saat ini BPJS Kesehatan mengelola sekitar 1,7 juta klaim per hari. Jauh melonjak dibandingkan kondisi 10 tahun lalu yang jumlah klaim harian hanya sekitar 252.000. 

Namun, tidak ada kenaikan iuran program JKN sejak 2020. Karena itu, Ali mengatakan ada kemungkinan iuran JKN akan naik untuk mengatasi defisit BPJS Kesehatan. Pemerintah akan melakukan evaluasi terlebih dahulu sebelum kemudian mengeluarkan keputusan, kira-kira pada pertengahan 2025.

BACA JUGA: Berikan Layanan Terbaik Tingkat Satu, Terima Pasien BPJS Kesehatan

BACA JUGA:Infrastruktur Jalan, Drainase, Restorasi Sungai hingga Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan

Sebelumnya, Direktur Perencanaan dan Pengembangan BPJS Kesehatan, Mahlil Ruby  juga menyebut fenomena ‘bocor sebagai pemicu defisit. Bocor tersebut maksudnya banyak peserta baru program JKN yang kemudian tidak aktif membayar iuran bulanan.

Per Oktober, jumlah peserta program JKN mencapai 277,5 juta orang, tapi 56,8 juta di antaranya berstatus tidak aktif. “Kita tahun ini mampu merekrut 30 juta peserta, yang positif menjadi peserta (aktif) cuma 7 juta,” bebernya.

Selama iuran belum naik, BPJS Kesehatan akan mengandalkan dana cadangan yang dimiliki, yang tercatat sebagai aset bersih dalam pembukuannya, kata Mahlil. Namun, bila tidak ada perubahan apa-apa, Mahlil memperkirakan BPJS Kesehatan bakal mengalami gagal bayar atau tidak mampu membayar klaim rumah sakit, entah di 2025 atau 2026. “Gagal bayar pada kondisi kalau kita baik, kalau kita normal, di Maret 2026. Kalau buruk di Agustus 2025,” imbuhnya.

Dia sempat memaparkan sejumlah opsi untuk mendongkrak penerimaan dan mengatasi defisit. Termasuk penghapusan tunggakan iuran peserta bukan penerima upah (BPU) mandiri untuk meringankan beban keuangan mereka dan skema cost sharing atau berbagi biaya, misalnya antara peserta program JKN dan pemerintah daerah atau badan usaha.

BACA JUGA:Menkes Budi Gunadi Pastikan Tak Ada Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan di Tahun 2025

BACA JUGA:BPJS Kesehatan dan PT Pamapersada Nusantara Buka Loker Bagi Lulusan SMA dan S1, Ini Posisinya

“BPJS tidak bisa sendiri. BPJS itu harus dengan seluruh stakeholder, termasuk dengan rakyat, kita harus berkolaborasi,” kata Mahlil.  Untungnya, di Sumsel pembayaran klaim sejauh ini masih lancar. Kepala BPJS Kesehatan Kota Prabumulih, Dwi Asmariyati melalui Humasnya, Fauzan menegaskan, pembayaran klaim untuk rumah sakit maupun puskesmas dibawah naungan BPJS Kesehatan cabang Prabumulih tak ada kendala. "Tidak ada tunggakan," ucapnya.

Ditanya apakah untuk November dan Desember sudah dibayarkan atau belum. Fauzan menyebutkan bahwa untuk klaim Puskesmas semua sudah dibayar. Sedangkan klaim dari rumah sakit pembayarannya berdasarkan jatuh tempo.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan