Menjaga Mutu Yellowfin Tuna Nelayan Timur, Tangkap Ikan dengan Prinsip Ekonomi Biru
PANCING ULUR : Nelayan Pulau Buru menggunakan alat tangkap pancing ulur untuk menangkap ikan tuna di perairan laut lepas. Penangkapan ikan secara terukur penting untuk menjaga kualitas atau mutu ikan tuna pada grade tertinggi.-Foto : IST-
Satu lagi persoalan nelayan, lanjut Adjis, sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) Pertalite untuk kapal. Masalah ini sebenarnya telah menjadi perhatian Pemerintah. KKP mengandeng Kementerian BUMN dan PT Pertamina Patra Niaga agar memenuhi kebutuhan BBM bersubsidi bagi nelayan.
Salah satu perwujudannya, Pertamina memperbanyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) yang kini jumlahnya mencapai 387 SPBN di Indonesia. Koperasi nelayan dan KKP turut ambil bagian memastikan penyaluran BBM bersubsidi bagi nelayan terpenuhi, tepat sasaran, dan tidak terjadi pemborosan.
Penyaluran BBM dilakukan pada enam zona penangkapan di Indonesia. Yaitu zona 01 WPPNRI 711 (perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Natuna Utara), zona 02 WPPNRI 716 (perairan Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera), 717 (perairan Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik), dan Laut Lepas Samudera Pasifik. Zona 03 WPPNRI 715, 718 (perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian timur), dan 714 (perairan Teluk Tolo dan Laut Banda).
Selanjutnya zona 04 meliputi WPPNRI 572 (perairan Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda), 573 (perairan Samudera Hindia sebelah selatan Jawa hingga sebelah selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian barat), dan Laut Lepas Samudera Hindia, zona 05 WPPNRI 571 (perairan Selat Malaka dan Laut Andaman), serta zona 06 WPPNRI 712 (perairan Laut Jawa) dan 713 (perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali). KKP memproyeksi kebutuhan bahan bakar nelayan mencapai 3,4 juta kilo liter per tahun.
Di Kepulauan Maluku, Ketua Koperasi Tuna Cakalang Tunas Jaya, Willem Joseph mengatakan ratusan nelayan anggota koperasinya bisa memproduksi 500-1 ton ikan tuna per hari atau 30 ton per bulan. Mereka berasal dari Pulau Seram, Pulau Buru, dan Kota Ambon. “Yang kita beli rata-rata ikan tuna besar seberat 10-100 kg. Harga beli dari nelayan Rp40 ribu-an per kg, lalu kami ke pasok ke buyer Jakarta dan Surabaya untuk ekspor ke Jepang,” terang Willem.
Dia pun mengakui harga ikan tuna berdasarkan grade-nya, grade A paling super dan paling mahal baik yelllowfin maupun bluefin. Sementara grade C paling murah Rp20 ribu per kg untuk pasar lokal. Kalaupun diekspor, biasanya diproses terlebih dahulu menjadi bentuk whole (gilled gutted) dan loin.
TUNA LOIN : Hasil tangkapan yellowfin tuna juga diproses menjadi bentuk whole (gilled gutted) dan loin sebelum diekspor ke Luar Negeri, khususnya untuk ikan tuna grade C.-Foto : IST-
Seperti nelayan Bonepantai, pihaknya pernah mendapat bantuan 20 unit kapal 8 GT dari KKP untuk nelayan Buru, Seram, dan Ambon. “Beberapa kali Pemerintah memberikan pemberdayaan kepada nelayan, baik pembuatan kapal tangkap maupun perawatan ikan tuna. Ini demi menjaga produktivitas Provinsi Maluku sebagai lumbung ikan dan peningkatan ekspor serta mutu,” lanjut Willem. Namun selama ini ikan tuna diekspor dalam bentuk mentah, belum produk makanan jadi.
Selain di Sulawesi Utara dan Maluku, Pulau Biak Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua juga menjadi salah satu wilayah penangkapan yellowfin tuna terbesar di Indonesia. Dikutip dari Youtube KKP, nelayan Rahmanto mengaku pertama kali menjelajahi Biak dengan 4 armada (kapal).
“Saya bawa kru 12 orang. Satu hari (produksi) bisa sampai satu ton, satu ton lebih. Selama satu tahun 4 kapal semua hasil,” ujar Rahmanto. Selain itu yang buat ia tertarik menangkap tuna di Biak, karena arus perairannya kencang sampai 30 mil, jadi mudah memancing ikan tuna di kedalaman. Tidak seperti di Samudera Hindia, paling kencang 5 mil, 10 mil. “Tuna betul-betul banyak di sini,” lanjutnya.
TRADISIONAL : Nelayan di Pulau Biak menggunakan metode penangkapan tradisional seperti pancing tangan (handline fishing) atau pancing gantung (pole and line fishing) untuk menangkap yellowfin tuna.-Foto : IST-
Produsen Tuna Terbesar di Dunia
Indonesia menjadi produsen tuna terbesar di dunia dengan produksi mencapai 19,1 persen dari total pasokan global. Pada tahun 2023, jumlah produksi perikanan tangkap tuna (termasuk cakalang dan tongkol) 1,5 juta ton, sementara nilai ekspornya US$ 927,2 juta atau 16,47 persen dari total ekspor perikanan Indonesia 2023. Tujuannya ke Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, ASEAN, sampai Timur Tengah.
Bagi Jepang, Indonesia merupakan negara pemasok utama produk perikanan, khususnya yellowfin tuna dengan proporsi ekspor 12 persen. Di Negeri Matahari Terbit itu, ikan tuna sangat populer lantaran diolah menjadi hidangan makanan khas Jepang, sushi dan sashimi. Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan Pengelolaan KKP, Ridwan Mulyana menjelaskan sumber daya perikanan tuna Indonesia begitu melimpah.
“Secara umum kelompok tuna, cakalang, tongkol (TCT) ini produksinya rata-rata 1,49 juta ton per tahun. Kita memiliki perairan yang kaya sumber perikanan tuna di WPPNRI 713, 714, dan 715,” ujarnya pada konferensi pers Memacu Hulu-Hilir Bisnis Perikanan Tuna Indonesia di Kantor KKP, Jakarta, Kamis (20/6/2024).