Perempuan Pertama yang Mendiami dan Menyukai Bunga Tanjung
DESA BETI: Suasana Desa Beti yang berada di Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir. Penamaan Desa Beti ini memiliki sejarah tersendiri. Desa ini memiliki dua dusun dengan 4 rukun tetangga (RT). FOTO: ANDIKA/SUMEKS--
SUMATERAEKSPRES.ID - Desa Beti adalah salah satu wilayah yang berada di kecamatan Indralaya Selatan kabupaten Ogan Ilir. Setelah pemekaran wilayah pada 2005 lalu. Kecamatan Indralaya terbagi menjadi Indralaya Utara, Selatan dan Induk.
DESA BETI yang berada di kecamatan Indralaya Selatan ini dapat ditempuh dengan jarak 7 km dari ibukota kabupaten Ogan Ilir. Kurang lebih 43 km dari pusat kota Palembang.
BACA JUGA:Keren, Ponpes Al-Ittifaqiqah Ogan Ilir Punya Qimall, Diresmikan Pj Gubernur Sumsel
BACA JUGA:Luar Biasa. 165 Hafiz dan Hafizah Lahir dari Rumah Tahfidz Al-Ikhlas Tanjung Batu Seberang Ogan Ilir
Desa Beti mempunyai area wilayah yang cukup luas. Sekitar 673 hektar lahan yang terbagi dalam area persawahan, perkebunan dan pemukiman. Memiliki 2 dusun dengan 4 RT.
Letak desa Beti berbatasan dengan desa Meranjat III di sebelah Timur, Meranjat Ilir di sebelah barat, Tanjung Lubuk di sebelah Utara dan Tanjung Datang di sebelah Selatan.
Mata pencarian penduduk nya 80 persen merupakan pedagang dan selebihnya petani dan nelayan. Salah satu sesepuh desa Beti, Abdul Ghofar menceritakan penamaan desa Beti mempunyai kisah pada masa lampau.
"Konon dahulu kala ada seorang perempuan yang pertama kali mendiami Desa Beti. Karena dia suka dengan bunga Tanjung, maka banyak bunga Tanjung yang di tanam di sekitar wilayah desa Beti.
Sehingga semerbak harum Bunga Tanjung tercium saat masuk ke desa ini. Bunga Tanjung itu juga biasanya dikenakan pada kepang rambutnya," ungkapnya.
Selain itu, di desa Beti juga terdapat sebuah tanjungan yang airnya tidak pernah kering. Bahkan kalau musim kemarau, sampai saat ini masih ada warga yang mandi atau mencari air di Tanjungan ini.
Konon di tanjungan inilah tempat munyang mandi yang dikelilingi bunga tanjung. Munyang adalah sebutan bagi orang zaman dahulu yang taat beribadah serta memiliki kepribadian yang baik hati dan jiwa penolong. Munyang ini disebut berasal dari Banten, bernama Juai.
"Karena tempat yang awalnya didiami oleh puyang perempuan ini sangat strategis. Maka lama kelamaan banyak orang dari daerah lain ingin tinggal di tempat ini," jelasnya.
Kemudian, dibentuklah desa di tempat tersebut. Lalu dimusyawarahkan untuk memberi nama daerah ini.
"Hasil dari rembukan warga untuk mengingat dan menghotmati perempuan yang pertama kali tinggal di desa ini, maka diberilah nama desa Beti yang diambil dari kata betino," ujarnya.