https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Pinjaman Sampai Rp500 Juta, Untuk Nambah Modal Usaha

GADAI EMAS : Di pasca Lebaran, masyarakat masih tetap antusias menggadaikan emasnya di Pegadaian untuk modal atau kebutuhan mendesak. Momen Lebaran meningkatkan omset Pegadaian, karena tingginya kebutuhan masyarakat. FOTO : RENDI/SUMEKS--

SUMATERAEKSPRES.IDSelama ini beberapa masyarakat gemar menyimpan emas baik logam mulia (LM) maupun perhiasan. Sebab, nilainya selalu mengalami kenaikan setiap tahun. Tak hanya itu, ketika butuh uang mendesak, mereka bisa menjual atau menggadaikannya kapan pun. 

------------------------------------   

YUNITA Susanti (45), warga Jl Yaktapena I Plaju, Kota Palembang ini sudah menjadi nasabah loyal Pegadaian puluhan tahun. “Saya sering menggadaikan emas ke Pegadaian Syariah Simpang Patal sejak 3 tahun terakhir (2021). Sebenarnya ke cabang konvensional dari tahun 2006,” ujarnya, kemarin. 

BACA JUGA:Pegadaian Gelar Safari Ramadhan BUMN 2024 dan Kegiatan Sosial untuk Peringati HUT ke-12

BACA JUGA:Festival Ramadan Pegadaian Konsep Pasar Rakyat

Dia bersama ayuknya mengaku rutin menggadaikan atau mencicil emas puluhan suku atau gram, bahkan pinjaman mereka berdua bisa tembus Rp300-500 juta. “Kalau butuh dana kepepet, saya gadaikan emas yang saya simpan ini misalnya untuk meningkatkan modal usaha, membiayai kuliah anak, dan sebagainya,” tegasnya. 

Kalaupun pun menjual ke toko-toko emas juga gampang, tapi Yunita lebih suka mengadaikannya sebab perhiasannya bisa ia tebus kembali jika sudah punya uang. “Ayuk saya itu punya toko plastik di Pasar 16 Ilir. Pada momen Lebaran butuh ratusan juta sebab permintaan produk dari konsumen naik,” kata dia. 

Untuk memenuhi permintaan, mereka perlu menambah modal yang cukup besar sehingga menggadaikan emas. Sebenarnya, ia bisa saja menjual perhiasan atau LM ke toko emas.

“Cuma kami lihat sisi historis dan kenangannya sehingga memilih gadai. Seperti saya, sayang cincin kawin sepasang mau dijual, belinya tahun 2003 saat menikah dengan suami, masing-masing 5 gram cincin pengantin pria dan 3 gram cincin pengantin wanita,” ungkapnya. Sementara koleksi perhiasan ayuknya kebanyakan dibeli di Mekkah, saat ia naik haji tahun 2014. 

Tidak cuma itu, harga emas naik dari tahun ke tahun. “Ya sekaligus investasi, kalau tanah atau rumah lambat jualnya, emas kapan saja, entah mau digadai atau dijual,” lanjut Yunita.

Harganya tinggi, sebagai perbandingan di tahun 2003 saat membeli emas masih Rp90 ribuan per gram, sekarang (20/1/2024) sudah Rp1,125 juta per gram. Untung 10 kali lipat, makanya ia suka menyimpan emas. 

Anita, warga Desa Sungsang IV juga suka gadaikan emas. Ia sendiri merupakan pemilik kapal pompong nelayan. “Untuk menjalankan kapal pompong itu tetap butuh modal, apalagi jika nelayan berlayar 3-5 bulan,” tuturnya.

Pasca  Lebaran ini, kapal pompongnya itu akan kembali berlayar dinakhodai oleh kakaknya sendiri ke Selat Bangka atau Sungai Lumpur. Kalau laut lagi bagus, tangkapannya banyak, omsetnya sampai Rp100 juta. 

“Kakak saya biasa menangkap ikan ekspor seperti senangin, sembilang, sebelah laut, bawl putih, pari, udang pink yang harganya ratusan ribu per kg,” bebernya. Diakui Anita, ia butuh modal untuk membeli jaring kantong ikan atau senar (tangsi) untuk kapalnya plus modal ransum nelayan. Harga jaring mahal Rp30-40 juta sehingga terpaksa Anita mencari pinjaman. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan