https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Wujudkan Pendidikan Inklusif, Ramah bagi Anak Down Syndrome

PERINGATAN : Anak-anak down syndrome menunjukkan kebolehan mereka dalam acara peringatan Hari Down Syndrome Sedunia.-foto: ist-

JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Ditjen Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK) menggelar peringatan Hari Down Syndrome Sedunia 2025 

Mengangkat tema ‘Meningkatkan Ekosistem Pendidikan yang Ramah bagi Anak dengan Down Syndrome’. Melalui peringatan ini, Kemendikdasmen berkomitmen dan mengajak semua pihak untuk turut menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan ramah bagi anak-anak dengan down syndrome. 

Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Talenta, Mariman Darto menjelaskan, pendidikan inklusif adalah pendekatan pendidikan yang memastikan semua peserta didik, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus, mendapatkan akses yang setara ke pendidikan berkualitas. Ia mengatakan bahwa penyandang disabilitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam strategi pembangunan nasional. 

“Karena itu, Kemendikdasmen memberikan perhatian yang serius. Salah satunya dengan pembentukan Direktorat Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus,” beber Mariman. 

Menurutnya, semangat yang diusung pada peringatan Hari Down Syndrome tahun ini sejalan dengan semangat yang dibangun Kemendikdasmen dalam mewujudkan pendidikan yang lebih inklusif dan bermutu bagi semua. 

BACA JUGA:Lima Karakter Guru Hebat Satuan Pendidikan Sumsel

BACA JUGA:Komitmen Dukung Pendidikan Berbasis Islam, UAS Hadiri Peresmian Ponpes Al-Ma'arif

“Anak-anak dengan down syndrome memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka. Oleh karena itu, sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan mereka secara optimal,"  ungkap Mariman. 

Saat ini, implementasi pendidikan inklusif di sekolah umum masih menghadapi berbagai tantangan. Seperti keterbatasan sumber daya, pelatihan guru yang kurang memadai, serta kurangnya fasilitas dan dukungan yang memadai untuk siswa dengan kebutuhan khusus. Selain itu, penyandang disabilitas juga dihadapkan pada tantangan kebekerjaan dengan terbatasnya lapangan pekerjaan bagi lulusan yang kompeten. 

Sebagai upaya mengatasi hal tersebut, dalam beberapa tahun terakhir, lanjut Mariman, pemerintah terus berupaya memperkuat kebijakan dan program pendidikan inklusif di Indonesia. Berbagai inisiatif juga telah dilakukan, seperti peningkatan kapasitas pendidik dalam menangani kebutuhan khusus anak, penyediaan fasilitas yang lebih aksesibel, serta penyusunan kurikulum yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. Termasuk anak dengan down syndrome. 

“Namun demikian, tugas kita belum selesai. Dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak, pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat untuk memastikan anak-anak dengan down syndrome mendapatkan kesempatan yang sama dalam meraih masa depan yang lebih baik,” katanya.

BACA JUGA:Dongkrak Rapor Pendidikan Menjadi 81.42 Persen, Palembang Tingkat Tuntas Madya

BACA JUGA:Berharap Pemda Manfaatkan Rapor Pendidikan, Pendidikan Bermutu untuk Semua

Direktur Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Ditjen Pendidikan Vokasi PKPLK, Saryadi, mengatakan Direktorat PKPLK akan terus berupaya meningkatkan layananpenguatan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif di Indonesia untuk mewujudkan akses pendidikan yang setara bagi semua peserta didik. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan