Tekan Inflasi Pakai Dua Skema, Tetap Perlu Evaluasi Titik Penyelenggaraan OP-GPM
RENTAN INFLASI : Pembeli memilih bawang merah di salah satu lapak pedagang pasar tradisional. Bawang menjadi salah satu komoditas yang rentan naik harga dan mengalami inflasi. -foto : sumeks-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Pemprov Sumsel masih terus melakukan Operasi Pasar (OP) dan Gerakan Pangan Murah (GPM). Program ini digelar serentak di kabupaten/kota dengan jadwal Senin, Selasa, dan Kamis. Langkah ini sebagai upaya untuk menekan inflasi dan menjaga pasokan bahan pokok di masyarakat.
Namun program ini mendapat perhatian Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel yang menilai agar ada evaluasi, terutama di titik-titik pelaksanaan OP dan GPM. Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Yulianto mengatakan program ini tidak bisa serta merata dikatakan tidak berdampak sama sekali. Tetapi sekarang bagaimana efeknya, tidak optimal atau belum optimal.
"Ya, maaf ya kalau kita lihat angka inflasi Februari ya, untuk Palembang inflasi m-to-m sebesar 0,21 persen, dan inflasi year on year sebesar 2,63 persen," katanya. Hal tersebut, kata dia, penduduk di Kota Palembang sangat banyak sehingga intervensi GPM pada titik yang mungkin terbatas. Walaupun bisa meredam tapi tidak bisa terlalu besar, makanya terjadi inflasi di Palmenbag.
"Inflasi di wilayah Muara Enim dan OKI yang jangkauan relatif lebih sedikit sehingga efek program tersebut lebih kelihatan," tegasnya. Hal itu, kata dia, berkaca dari inflasi Februari ini yakni inflasi di Ogan Komering Ilir (OKI) mengalami deflasi m-to-m sebesar -013 persen, dan inflasi y-on-y sebesar 4,60 persen, Muara Enim secara m-to-m deflasi -0, 93 persen, dan inflasi y-on-y sebesar 4,63 persen.
BACA JUGA:Februari Sumsel Inflasi 0,01 Persen, Tarikan Kenaikan Harga di Imbangi Bansos & OPM
BACA JUGA:Tekan Inflasi, Pemkot Prabumulih Gelar OPM di Permukiman Padat Penduduk
"Jadi kalau lihat inflasi untuk OKI dan Muara Enim lebih rendah dan kelihatan dampaknya, tapi sekali lagi bantuan itu sifatnya memanjakan, tidak menyelesaikan akar masalah sosial di masyarakat," bebernya.
Wahyu mengingatkan Pemda harus punya dua skema yang disiapkan untuk menekan inflasi, yakni jangka panjang dan jangka pendek. Jangka pendek dengan memberikan bantuan langsung, mengamankan harga, operasi pasar tetapi dalam jangka panjang salah satu gerakan yang bagus yakni Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP).
"Program ini menyiapkan masyarakat bisa mandiri dan menghasilkan, tidak konsumtif, ya intinya pangan lokal bisa mencukupi kebutuhan pasokan di masyarakat."
Termasuk, kata dia, saat launching program GSMP Go to School, Go to Office. Pada program ini diharapkan ada evaluasi, jangan hanya seremonial. "Bibit di SMA ini kenapa tidak menghasilkan, apa masalah, jangan selesai begitu saja," tuturnya.
BACA JUGA:Kendalikan Inflasi, Pj Bupati Rizali Ajak Petani Tanam Bawang Merah, Kentang dan Cabai
BACA JUGA:Tekan Angka Inflasi, Luncurkan Gerakan Menanam
Selain itu, program prioritas pemerintah untuk meningkatkan produksi memenuhi kebutuhan masyarakat. Seperti meningkatkan produksi pertanian baik beras, jagung atau produksi pertanian lainnya. "Dengan begitu pasokan terjaga dan harga tidak akan fluktuatif," tegasnya. Maka, kata Wahyu, perlu ada evaluasi seluruh kegiatan dan program. Evaluasi itu wajar untuk mengetahui sejauhmana program berhasil dan akar masalah sehingga ada perbaikan. "Harus ada laporan, termasuk titik kegiatan operasi dan pangan murah tersebut, jangan nonoton. Program ini harus menyentuh masyarakat yang memang masyarakat membutuhkan," tegasnya.
Diakui Wahyu, setiap kegiatan harus ada evaluasi, monitoring dan pendampingan. Kalau tidak hal tersebut, maka tidak akan maksimal. "Jujur ya, setiap kegiatan harus ada evaluasi," pungkas Wahyu. (yun/fad)