Refleksi HUT Kota Prabumulih ke-22, Jaga Marwah Kota Migas dan Kota Nanas
Suasana agrowisata nanas di Karang Jaya, Prabumulih. Foto : IST--
Bahkan seiring perkembangannya, kini sudah banyak inovasi yang hadir di pusat agrosiwata nanas dan pusat edukasi.
Salah-satu yang menarik perhatian, keripik Sekance yang diproduksi langsung oleh petani lokal di pusat agrowisata yang mempunyai luas sekira 12 ha tersebut.
Disana, pengunjung akan disajikan pemandangan sejumlah Ibu-Ibu petani berkumpul di sebuah pondok di belakang bangsal pengolahan nanas pasca panen.
Bukan untuk bergibah, sejumlah Ibu-Ibu tersebut justru asyik mengupas buah nanas yang sudah dipanen. Nanas yang telah dikupas dibagi empat bagian dan dipotong kecil dan tipis membentuk kipas.
Nanas kemudian direndam di air garam, didiamkan di balam boks prizer. Setelah beberapa menit kemudian, nanas digoreng di dalam penggorengan khusus, dikeringkan minyak nya lalu dikemas di dalam plasti sekance.
"Untuk 1 kali goreng, bisa memuat 5-6 kg buah nanas dengan pengaturan suhu sendiri. Waktu penggorengan juga bisa memakan waktu 2,5 - 3 jam," ujar Siska Antoni, Ketua Kelompok Tani Karya Muda.
Sambil memandori para Ibu-Ibu bekerja, Ateng (sapaan akrabnya, red) pun tak segan memperlihatkan keripik nanas yang sudah diolah dan dikemas. "Sebelumnya, kita siapkan buah nanas pilihan yang berasal dari agrowisata," lanjutnya.
Belum genap satu tahun pihaknya berinovasi hingga menemukan resep keripik nanas Sekance. Namun, baru sekarang diproduksi secara massal. "Perhari kita bisa produksi 100-500 pcs keripik saja, sehubung kapasitas kita belum besar," terangnya mengaku 1 keripik dijual seharga Rp15 ribu/pcs dengan berat bersih 100 gram.
Untuk bahan baku yang digunakan, biasanya perminggu menghabiskan 1000 buah nanas grade C yang sudah asli matang pohon tanpa dibuat / rekayasa masak nya.
Adapun pangsa pasar nya saat ini baru di lokal dan beberapa dijual secara online. "Saat ini kita melakukan bahan-baku dengan mengelola dari kelompok tani kita dan meresonasi menggandeng tengkulak petani nanas di Prabumulih ataupun kelurahan Karang Jaya namun belum bisa banyak menyerap karena kapasitas produksi belum memadai hanya sampai 5-6 kg buah nanas perhari," bebernya.
Disinggung bagaimana dengan peranan pemerintah ? Ateng mengaku untuk rumah produksi saat ini sudah disupport pemerintah dan sudah dibantu. "Makanya kita targetkan untuk tingkat kapasitas kita dari hasil ini bisa membeli alat lebih besar," jelasnya.
Kepala Dinas Pertanian Kota Prabumulih, Alfian SP mengatakan, di Prabumulih masih banyak masyarakat yang menggantungkan hidup sebagai petani. Mulai dari petani karet, petani sawit dan petani nanas.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kota Prabumulih, kebun karet di Prabumulih mempunyai luasan 19.000 ha yang tersebar di berbagai kecamatan.
Kebun sawit sekira 800 ha yang ada di Desa Karya Mulya dan sekitarnya dan baru 420 ha kebun nanas yang ada di Patih Galung, Karang Jaya, Pangkul, Sungai Medang dan Jungai. Ada pula bahan baku penyangga dari Kabupaten OI, Pali dan Muara Enim.
Menurutnya, khusus 420 ha kebun nanas di kota nanas, semuanya produktif. "Bahkan, tahun ini kita mendapatkan 10 ha bantuan bibit nanas dari pusat yang akan dibagikan kepada kelompok tani di Karang Jaya dan Prabumulih Selatan," jelasnya.