SUMATERAEKSPRES.ID - Survei Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengungkap fakta mengejutkan: lebih dari 40 persen air minum isi ulang di Indonesia tercemar bakteri Escherichia coli (E. coli).
Kondisi ini semakin mengkhawatirkan karena air isi ulang menjadi pilihan utama bagi banyak rumah tangga di Tanah Air.
Direktur Penyehatan Lingkungan Kemenkes, dr. Anas Ma’ruf, MKM, menyatakan bahwa cemaran E. coli pada air isi ulang jauh lebih tinggi dibandingkan air PDAM.
“Tingkat cemaran air isi ulang mencapai 45,4 persen, sementara PDAM sekitar 33 persen. Ini menunjukkan air isi ulang justru lebih berisiko,” ungkapnya dalam konferensi pers, Jumat (20/12).
BACA JUGA:Maksimalkan Sanitasi Sehat, Muba Raih STBM Award dari Kemenkes
BACA JUGA:Kemenkes Minta Masyarakat Rutin Cek Gula Darah untuk Cegah Diabetes
Faktor utama pencemaran ini meliputi proses pengisian yang tidak higienis, mesin pengolahan yang terkontaminasi, hingga galon kemasan yang tidak bersih atau sudah usang.
Air Isi Ulang Dominasi Konsumsi Harian
Menurut data, lebih dari 30 persen masyarakat Indonesia mengandalkan air isi ulang untuk kebutuhan minum sehari-hari.
Namun, kepercayaan masyarakat terhadap air PDAM masih rendah, terutama karena masalah bau, warna, dan kondisi perpipaan yang dinilai kurang baik.
“Masyarakat cenderung memilih air isi ulang karena dianggap lebih praktis. Padahal, data kami menunjukkan tingkat cemaran justru lebih tinggi,” jelas Anas.
BACA JUGA:Kemenag dan Kemenkes Siap Tempur! Ribuan Obat dan Vaksin Haji Disiapkan untuk 2025
Risiko Kesehatan Serius
Konsumsi air yang terkontaminasi E. coli dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Sekitar 73 persen kasus dilaporkan memicu diare, sementara 15 persen lainnya berisiko memperburuk angka stunting, yang hingga kini masih berada di level 21,5 persen—jauh dari target nasional 18 persen.