PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas terpasang 2x660 MW menggunakan teknologi khusus untuk menekan emisi.
Pembangkit ini dikembangkan, dibangun dan dioperasikan PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan kerja sama strategis antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK).
BACA JUGA:PLTU Sumsel 1 Ditarget Beroperasi Desember 2024
PLTU MT Sumsel-8 atau dikenal juga dengan nama PLTU Tanjung Lalang menggunakan teknologi super critical.
‘’Dengan teknologi ini dan sesuai jenis batubara yang tersedia, uap air dipanaskan pada suhu dan tekanan yang sangat tinggi pada kondisi super critical,’’ ujar Dody Arsadian, wakil Direktur Utama HBAP.
Kondisi ini menyebabkan tidak adanya proses perubahan fase yang jelas (dari air ke uap). ‘’Karena air selalu berada dalam keadaan superkritikal, yang artinya proses pemanasan dan penguapan terjadi secara terus-menerus,’’ katanya.
Teknologi super critical dapat mengurangi jumlah bahan bakar batu bara yang digunakan dan emisi yang dihasilkan. Hal ini menjadikannya lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan PLTU berteknologi konvensional.
‘’Sebab PLTU berteknologi super critical mampu menghasilkan lebih banyak energi dengan jumlah bahan bakar yang lebih sedikit,’’ katanya.
PLTU Tanjung Lalang juga dilengkapi Electrostatic Precipitator (ESP), yaitu peralatan untuk menangkap partikel (debu gas buang/sisa pembakaran) dengan menggunakan prinsip elektrostatis. Selain itu, PLTU Tanjung Lalang menerapkan teknologi Flue Gas Desulphurization (FGD) yang mencampur emisi gas hasil pembakaran batu bara dengan reaksi kimia, dengan bahan pengikat berupa kapur basah (CaCO3) sehingga kandungan sulfur dioksida (SO2) yang dilepaskan ke atmosfer menjadi rendah.
BACA JUGA:Kunjungi PLTU Paiton, Pastikan Pasokan Listrik Aman
BACA JUGA:PLTU Sumsel Mulai Beroperasi Secara Komersial,Berlokasi di Tanjung Lalang, Muara Enim
Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) atau abu sisa proses pembakaran batu bara di PLTU Tanjung Lalang tengah dikembangkan pemanfaatannya untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dalam sirkular ekonomi.
‘’FABA tersebut saat ini telah dimanfaatkan untuk bahan baku semen. Pemanfaatan lainnya yang tengah dikembangkan, yakni untuk bahan baku material bangunan, material pencegah air asam tambang, media tanam, dan sebagainya,’’ katanya. (rill/sms)