Pada masa kejayaannya, Sungai Ketandan merupakan bagian penting dari jaringan perdagangan Palembang.
BACA JUGA:Masuk Area Benteng Beringin Janggut, Sungai Rendang Sempat Jadi Lokasi Pelabuhan Ekspor
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Sungai Cinteren: Tempat Muslim Tiongkok Membuka Pesantren di Palembang
Sungai ini menghubungkan beberapa kawasan pemukiman dan pasar-pasar tradisional, memfasilitasi distribusi barang melalui jalur air.
Banyak rumah-rumah panggung tradisional Palembang dibangun di tepi sungai ini, memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi utama.
Pada saat itu, transportasi air merupakan salah satu moda yang paling efisien di kota yang memiliki banyak aliran sungai ini.
Selain sebagai pusat perdagangan, Sungai Ketandan juga memiliki peran sosial yang signifikan.
Di sepanjang tepi sungai, masyarakat sering berkumpul untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti mencuci, memancing, dan berinteraksi dengan sesama warga.
Sungai ini menjadi simbol kehidupan dan koneksi antarwarga yang erat di Palembang pada masa lalu.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan kota, peran Sungai Ketandan mulai tergeser.
Modernisasi infrastruktur dan pembangunan jalan darat menyebabkan aktivitas di sungai ini berkurang drastis.
Banyak dari kawasan di sekitar sungai yang dahulu merupakan pusat kegiatan ekonomi, kini beralih fungsi menjadi area pemukiman dan komersial dengan bangunan-bangunan modern.
Namun, keberadaan Sungai Ketandan tidak hilang begitu saja dari ingatan masyarakat.
Hingga saat ini, nama Ketandan masih dikenang sebagai bagian dari sejarah Palembang yang kaya akan nilai-nilai budaya dan sejarah.
Beberapa warga masih ingat cerita-cerita turun temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi mengenai pentingnya sungai ini di masa lampau.
Saat ini, ada beberapa inisiatif dari pemerintah setempat dan komunitas masyarakat untuk mengembalikan fungsi Sungai Ketandan sebagai bagian dari wisata sejarah Palembang.