Menjaga Mutu Yellowfin Tuna Nelayan Timur, Tangkap Ikan dengan Prinsip Ekonomi Biru

Rabu 21 Aug 2024 - 11:46 WIB
Reporter : Rendi Fadillah
Editor : Rendi

Salah satu perwujudannya, Pertamina memperbanyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) yang kini jumlahnya mencapai 387 SPBN di Indonesia. Koperasi nelayan dan KKP turut ambil bagian memastikan penyaluran BBM bersubsidi bagi nelayan terpenuhi dan tepat sasaran. KKP memproyeksi kebutuhan bahan bakar nelayan mencapai 3,4 juta kilo liter per tahun.

Demi memastikan distribusi tepat sasaran dan tidak terjadi pemborosan, penyaluran BBM dilakukan pada enam zona penangkapan di Indonesia. Yaitu zona 01 WPPNRI 711 (perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Natuna Utara), zona 02 WPPNRI 716 (perairan Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera), 717 (perairan Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik), dan Laut Lepas Samudera Pasifik.

Zona 03 WPPNRI 715, 718 (perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian timur), dan 714 (perairan Teluk Tolo dan Laut Banda). Selanjutnya zona 04 meliputi WPPNRI 572 (perairan Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda), 573 (perairan Samudera Hindia sebelah selatan Jawa hingga sebelah selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian barat), dan Laut Lepas Samudera Hindia, zona 05 WPPNRI 571 (perairan Selat Malaka dan Laut Andaman), serta zona 06 WPPNRI 712 (perairan Laut Jawa) dan 713 (perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali).

Di Kepulauan Maluku, Ketua Koperasi Tuna Cakalang Tunas Jaya, Willem Joseph mengatakan ratusan nelayan anggota koperasinya bisa memproduksi 500-1 ton ikan tuna per hari atau 30 ton per bulan. Mereka berasal dari Pulau Seram, Pulau Buru, dan Kota Ambon. “Yang kita beli rata-rata ikan tuna besar seberat 10-100 kg. Harga beli dari nelayan Rp40 ribu-an per kg, lalu kami ke pasok ke buyer Jakarta dan Surabaya untuk ekspor ke Jepang,” terang Willem.

Dia pun mengakui harga ikan tuna berdasarkan grade-nya, grade A paling super dan paling mahal baik yelllowfin maupun bluefin. Sementara grade C paling murah Rp20 ribu per kg untuk pasar lokal. Kalaupun diekspor, biasanya diproses terlebih dahulu menjadi bentuk whole (gilled gutted) dan loin.

Seperti nelayan Bonepantai, pihaknya pernah mendapat bantuan 20 unit kapal 8 GT dari KKP untuk nelayan Buru, Seram, dan Ambon. “Beberapa kali Pemerintah memberikan pemberdayaan kepada nelayan, baik pembuatan kapal tangkap maupun perawatan ikan tuna. Ini demi menjaga produktivitas Provinsi Maluku sebagai lumbung ikan dan peningkatan ekspor serta mutu,” lanjut Willem. Namun selama ini ikan tuna diekspor dalam bentuk mentah, belum produk makanan jadi.

Selain di Sulawesi Utara dan Maluku, Pulau Biak Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua juga menjadi salah satu wilayah penangkapan yellowfin tuna terbesar di Indonesia. Dikutip dari Youtube KKP, nelayan Rahmanto mengaku pertama kali menjelajahi Biak dengan 4 armada (kapal).

“Saya bawa kru 12 orang. Satu hari (produksi) bisa sampai satu ton, satu ton lebih. Selama satu tahun 4 kapal semua hasil,” ujar Rahmanto. Selain itu yang buat ia tertarik menangkap tuna di Biak, karena arus perairannya kencang sampai 30 mil, jadi mudah memancing ikan tuna di kedalaman. Tidak seperti di Samudera Hindia, paling kencang 5 mil, 10 mil. “Tuna betul-betul banyak di sini,” lanjutnya.


TRADISIONAL : Nelayan di Pulau Biak menggunakan metode penangkapan tradisional seperti pancing tangan (handline fishing) atau pancing gantung (pole and line fishing) untuk menangkap yellowfin tuna.-Foto : IST-

Produsen Tuna Terbesar di Dunia

Indonesia menjadi produsen tuna terbesar di dunia dengan produksi mencapai 19,1 persen dari total pasokan global. Pada tahun 2023, jumlah produksi perikanan tangkap tuna (termasuk cakalang dan tongkol) 1,5 juta ton, sementara nilai ekspornya US$ 927,2 juta atau 16,47 persen dari total ekspor perikanan Indonesia 2023. Tujuannya ke Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, ASEAN, sampai Timur Tengah.

Bagi Jepang, Indonesia merupakan negara pemasok utama produk perikanan, khususnya yellowfin tuna dengan proporsi ekspor 12 persen. Di Negeri Matahari Terbit itu, ikan tuna sangat populer lantaran diolah menjadi hidangan makanan khas Jepang, sushi dan sashimi. Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan Pengelolaan KKP, Ridwan Mulyana menjelaskan sumber daya perikanan tuna Indonesia begitu melimpah.

“Secara umum kelompok tuna, cakalang, tongkol (TCT) ini produksinya rata-rata 1,49 juta ton per tahun. Kita memiliki perairan yang kaya sumber perikanan tuna di WPPNRI 713, 714, dan 715,” ujarnya pada konferensi pers Memacu Hulu-Hilir Bisnis Perikanan Tuna Indonesia di Kantor  KKP, Jakarta, Kamis (20/6/2024).

Dikatakan, ada lima jenis komoditas unggulan tuna Indonesia yaitu yellowfin, bluefin, big eye tuna (tuna mata besar), albacore tuna, dan cakalang. Kelima jenis ini memberikan kontribusi produksi sekitar 706.400 ton lebih per tahun, dari tahun 2011 hingga 2022. “Yang kita ekspor sekitar 194.700 ton per tahun, jadi sangat signifikan. Pangsa produksi kita 18 persen terhadap produksi tuna dunia 8,3 juta ton per tahun,” terangnya.

Kendati demikian, KKP tetap memperhatikan pengelolaan tuna di sektor hulu, bagaimana keberlanjutan usaha penangkapan ke depan, bagaimana menjamin sumber daya ikan tuna tetap tersedia sehingga memberikan nilai kesejahteraan dan meningkatkan kontribusi kepada negara. “Ada beberapa  langkah yang kita lakukan, pertama menerapkan tata kelola perikanan tuna yang baik dan bertanggung jawab. Di antaranya mengimplementasikan prinsip ekonomi biru melalui penangkapan ikan terukur,” lanjutnya.

KKP berusaha menyelarasakan aspek ekonomi dan ekologis supaya penangkapan tuna tidak mengancam sumber daya lingkungan, baik itu perairan maupun habitat ikan dan habitat di laut seperti terumbu karang dan mangrove. “Kedua, kita membuat Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) dalam satu dokumen yang dirumuskan dan disepakati bersama seluruh stakeholder. RPP ini intinya bagaimana mengelola perikanan tuna berkelanjutan,” tegasnya.

Kategori :