JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID - Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar 2,39 miliar dolar AS pada Juni 2024.
Meski sedikit menurun dibandingkan dengan surplus Mei 2024 yang mencapai 2,92 miliar dolar AS, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS).
"Bank Indonesia menilai bahwa surplus ini tetap positif untuk memperkuat ketahanan eksternal ekonomi nasional," kata Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono.
Ke depan, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait.
BACA JUGA:Siap-siap, RI Bakal Terapkan Pajak Hingga 200% untuk Barang Impor dari China
BACA JUGA:Nilai Ekspor Sumatera Selatan Meningkat 18,34 Persen
Tujuannya, guna meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Surplus neraca perdagangan yang berkelanjutan terutama didorong oleh peningkatan neraca perdagangan nonmigas.
Pada Juni 2024, neraca perdagangan nonmigas mencatat surplus sebesar 4,43 miliar dolar AS, naik dari bulan sebelumnya yang mencapai 4,25 miliar dolar AS.
Hal ini sejalan dengan kuatnya ekspor nonmigas yang mencapai 19,61 miliar dolar AS.
BACA JUGA:Nilai Ekspor BBM Rp6,8 Triliun, Dukung Surplus Neraca Perdagangan
BACA JUGA:Ekspor RI Turun 12,97 Persen, Dipicu Lemahnya Permintaan Logam Mulia dan Perhiasan
Kinerja ekspor nonmigas yang positif ini didukung oleh ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti lemak dan minyak hewani/nabati, serta produk manufaktur seperti mesin dan peralatan mekanis.
Negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia tetap didominasi oleh Tiongkok, Amerika Serikat, dan India.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas meningkat menjadi 2,04 miliar dolar AS pada Juni 2024, disebabkan oleh peningkatan impor migas yang tidak diimbangi oleh ekspor migas.