"Sistem endokrin merespons dengan melepaskan hormon stres seperti kortisol, yang jika meningkat dalam jangka waktu lama, dapat mengganggu fungsi metabolisme dan melemahkan sistem kekebalan tubuh,” papar Smith.
“Hal tersebut, pada saatnya, bisa meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan memperburuk penyakit peradangan kronis,” timpal Sherwood.
BACA JUGA:Manfaat Mengunyah Permen Karet, Nomor 1 Bisa Mengurangi Stres
BACA JUGA:Kamu Sering Stres? Mungkin Karena Jadwalmu Tidak Teratur, Ini 4 Tipsnya
Sedangkan pada sistem pencernaan, ketika seseorang mengalami stres, neurohormon yang disebut katekolamin akan dilepaskan.
Nah hal inilah yang berdampak terutama pada sistem pencernaan.
Sehingga aliran darah ke usus berkurang, yang bisa menyebabkan diare atau sembelit, tergantung individunya.
Bahkan, penelitian mengungkapkan bahwa stres berkaitan erat dengan sindrom iritasi usus besar (IBS).
Di samping IBS, Sherwood menyebut stres juga bisa meningkatkan refluks asam.
Di sisi lain, stres juga bisa menyebabkan ketegangan otot.
Kamu bisa merasakannya saat dipijat setelah seminggu bekerja dengan penuh tekanan.
Hal ini diakibatkan oleh rangkaian respons fisiologis yang terjadi ketika tubuh Kamu mengalami stres.
Sherwood mengatakan, aktivasi sistem saraf simpatik akibat stres dapat menyebabkan ketegangan otot, sakit kepala, bahkan migrain.
Dan yang paling dikhawatirkan, efek fisik dari stres dapat menghambat hasrat seksual dan fungsi reproduksi.
BACA JUGA:4 Tips Anti Stres Bagi Kamu yang Kerja Dari Rumah
Hal tersebut menekan pelepasan hormon reproduksi utama yang berperan dalam produksi testosteron dan fungsi ovarium.