SUMATERAEKSPRES.ID -Melati karangan, sunting aesan gadis Palembang, nyanyian ini mungkin kerab akan terdenger ditelinga manakala ada acara hajatan yakni acara pengantin di kota Palembang.
Apalagi, yang menikah dengan menggunakan adat Palembang, adalah keturunan orang Palembang asli. Yakni rentetan Raden Muhammad/Ayu (RM/RA), Mgs/Masayu/, Kgs/Nyiayu Kemas/Nyayu bahkan Sultan Palembang.
Tak jarang adat Palembang juga digunakan orang yang lama tinggal dikota Palembang. Mengingat adat budaya kita adalah Dimana langit dijunjung disitu bumi dipijak.
Dimana kita tinggal harus mengikuti adat dan tata cara ditempat kita tinggal. Nah, berkaitan erat dengan bunga Melati, mungkin bunga ini umum digunakan.
Tidak hanya adat Palembang, tetapi adat Jawapun terkadang menggunakan bunga yang memiliki wangi yang khas.
BACA JUGA:Tips Aman Berenang dengan Anak yang Tidak Boleh Diabaikan
BACA JUGA:Panduan Lengkap Top Up Saldo DANA via OVO dan GoPay
Jadi, dalam adat istiadat juga bunga melati memegang peran penting dalam pernikahan adat Palembang, mengandung makna dan simbolisme yang kaya.
Mari kita jelajahi beberapa aspek yang terkait dengan penggunaan bunga melati dalam pernikahan adat Palembang.
Penggunaan bunga Melati, biasanya dipakai pada mahkota pengantin.
Aksesoris kepala atau mahkota yang berwarna emas sering dihiasi dengan bunga melati putih.
Kombinasi ini melambangkan kesucian dan keagungan.
Bunga melati juga melambangkan keabadian dan keindahan. Selain itu, bunga melati dipilih karena aromanya yang harum dan tahan lama.
Pengantin wanita mengenakan mahkota ini sebagai tanda kesucian dan keanggunan.
Penggunaan bunga Melati sendiri, biasanya akan dipadu dengan baju pengantin adat Palembang. Baju adat Palembang yang dikenakan oleh pengantin memiliki perpaduan warna merah dan emas.