SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID – Penyebaran bakteri Septicaemia epizootice (SE) meluas di Sumsel. Setelah menyebabkan kematian mendadak ratusan kerbau di kabupaten OKI, dan Ogan Ilir, kini menjangkit di Empat Lawang. Puluhan kerbau di daerah ini mati. Sebelumnya alami penyakit ngorok terlebih dahulu.
Informasinya, kerbau yang banyak mati berada di Desa Tanjung Raman dan Desa Nanjungan, Kecamatan Pendopo. Samin, warga Desa Tanjung Raman mengatakan, kejadian ini membuat para peternak kerbau resah.
Sebab, jika tidak cepat diatasi, mungkin akan terus menulari kerbau-kerbau lain. "Yang kami tahu saja, di Desa Tanjung Raman samo Desa Nanjungan. Punya kawan di desa itu ada 14 ekor, sudah 12 yang mati,” ujarnya, kemarin.
Samin mengaku belum tahu persis penyebab matinya hewan ternak tersebut. Termasuk sudah belum dilaporkan ke pemerintah daerah. “Saat ini pemilik ternak masih menjaga kerbau masing-masing,” imbuh dia.
Pemilik kerbau lain, Caguk, total sudah 18 ekor kerbau miliknya mati terkena penyakit ngorok ini. Ternyata ternah kerabatnya juga begitu. "Puna aku 18, ditambah keluarga aku ada 32 yang kerbaunya mati. Itu saja sudah 50 ekor,” cetusnya. Dijelaskan Caguk, kerbau yang mati kebanyakan berada di kubangan air. Awal mulannya kerbau lemas, jika dipecut, hanya diam saja.
BACA JUGA:Nah Loh, Kerbau di Empat Lawang Juga Banyak Mati Mendadak, Dugaannya Kena Penyakit Ini!
BACA JUGA:Terjangkit Virus, 3 Kerbau Mati, 25 Dipotong Paksa
Ciri dan gejala lain jika sudah terkena bakteri SE ini, kerbau ngorok kuat dan sering menghempaskan badanya ke batu, kayu, pohon, atau lainnya. "Diseruduknya semua. Jadi mudah ngamuk kerbaunya," jelas dia.
Kemudian, isi otak kerbau yang terinfeksi bakteri SE ketika sudah disembelih terlihat berwarna hitam seperti kecap. Sedangkan jika kerbau sehat, otaknya berwarna putih. “Yang kena penyakit ini, ususnya juga hitam seperti kecap,” tutur Caguk.
Kejadian ini sudah dilaporkan ke dinas terkait dan sudah ada petugas yang datang. “Namun hanya disarankan kerbau yang sakit dipisahkan dengan yang sehat. Tapi kami alami kendala karena kerbau sering ngamuk dan anak kerbau tidak mau pisah dengan induknya,” beber dia.
Sebelumnya, di OKI tercatat 431 kerbau mati di beberapa kecamatan karena bakteri ini. Ali Hanafiah, Sekretaris Desa Kuro Kecamatan Pampangan mengaku, ia dan peternak lainnya sekarang ketar-ketir dengan kondisi banyaknya kerbau yang mati ini. "Saya sendiri sudah merugi Rp45 juta karena tiga kerbau mati kena penyakit itu," terangnya.
Di Desa Kuro saja, ada 12 kerbau yang mati. Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten OKI telah melakukan sejumlah langkah mitigasi. "Setelah dilakukan pengujian laboratorium terhadap dugaan keracunan di Balai Veteriner Lampung hasilnya negative. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan klinis, menunjukkan gejala penyakit Septiceimia epizootica (SE),” ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan OKI, Dedy Kurniawan S STP MSi.
BACA JUGA:Heboh Ratusan Kerbau di OKI Mati Mendadak: Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya!
BACA JUGA:Terungkap, Ternyata Ini Penyebab 431 Kerbau di OKI Mati Mendadak, Waspadalah!
Meluasnya penularan penyakit ngorok ini karena bangkai ternak kerbau yang mati terlambat diketahui pemiliknya. Juga karena dilakukannya pemotongan ternak yang sakit di sekitar lokasi kandang, pemindahan ternak dari daerah tertular ke daerah steril, serta lintas penjualan kerbau yang intens.