SUMATERAEKSPRES.ID-Juru bicara Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), James Elder meningkatkan kewaspadaan terhadap situasi mengerikan yang dialami lebih dari 600.000 anak-anak di Rafah, Gaza selatan, yang kini dihantui kelaparan dan ketakutan di tengah ancaman serangan pasukan Israel.
Melalui unggahan video di akun X, Elder menceritakan penderitaan anak-anak di Rafah yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah gempuran Israel, menyusul kedatangan 1,5 juta orang ke wilayah tersebut akibat agresi militer Israel yang masih berlangsung hingga saat ini.
Elder kembali mengingatkan anak-anak dan keluarga yang menyelamatkan diri dari serangan Israel agar mereka disuruh pergi ke Rafah karena situasi di sana aman.
Sayangnya, meski ada jaminan tersebut, serangan brutal Israel masih terus terjadi.
BACA JUGA:Pemilik Uniqlo Tadasi Yanai Dukung Palestina sejak 2001
“Rafah adalah kota bagi anak-anak. Terdapat 600.000 anak laki-laki dan perempuan, namun mereka di bawah ancaman serangan militer, terjebak di Rafah, tanpa tempat yang aman untuk pergi,” ujarnya.
Selain itu, Elder juga menyoroti perjuangan setiap hari orang tua yang berupaya menanamkan harapan pada anak-anak mereka di tengah ketakutan dan kelaparan, menekankan bahwa kata “harapan” berpotensi dihapus dari kamus di Gaza.
Elder mendesak siapa pun yang berempati dengan rasa sakit dan ketakutan orang tua terhadap anak-anak mereka dan yang percaya pada masa kanak-kanak untuk menghentikan penderitaan di Rafah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Palestina, pasukan pendudukan Israel telah membunuh rata-rata 4 anak setiap jam di Jalur Gaza.
BACA JUGA:Sekjen PBB Kecam Serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus
BACA JUGA:Kedubes Iran Kutuk Serangan Israel ke Konsulat Iran di Damaskus
Di samping itu, tercatat 43.349 anak yatim atau yatim piatu akibat agresi militer Israel di Jalur Gaza yang masih berlangsung sejak 7 Oktober 2023.(lia)