https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Cerita Anak-anak di Palembang Tentang Lingkungan Bermain dan Persepsi Mengenai Perundungan, Ini Kata Mereka

Para mahasiswa FKM Unsri berbagi cerita dengan anak-anak di Palembang tentang perundungan, bentuk hingga dampaknya.-foto: ist-

Penulis: Aisah Khairani Verzulia, Faningsi Ramadhani, Mutia Hafiz, Prisda Rahmawati, Riski Amalia, Saskia Rahma Irawan, Vatma Pratiwi

SUMATERAEKSPRES.ID-Kalian pasti ingat, kan, saat kecil sering bermain dengan teman-teman di sore hari? Waktu itu pasti kita merasa senang dengan lingkungan bermain kita.

Lingkungan bermain yang aman dan nyaman pada anak merupakan hal yang penting agar anak tidak merasakan adanya ancaman baik dari kekerasan fisik maupun intimidasi.

Namun, masih banyak anak-anak yang tidak merasa bahwa lingkungan bermainnya aman dan nyaman.

Banyak dari mereka mengalami hal yang tidak menyenangkan seperti bullying.

BACA JUGA:Sosialisasi Bullying, Masiswa Kesehatan Masyarakat FKM Unsri Kunjungan Lapangan Bersama Pelajar SMAN Sumsel

BACA JUGA:Bikin Kursi Ergonomis, Pemanggang Kemplang Nyaman, FKM UNSRI Gelar Pengmas Ergonomi

Anak-anak pasti punya pengalaman  di lingkungan bermainnya dan pengalaman saat mereka menjadi korban atau saksi tindakan bullying.

Mereka juga pasti punya persepsi mengenai lingkungan bermain yang aman dan nyaman tanpa bullying.

Persepsi Lingkungan Bermain yang Diharapkan Anak-anak

Bebas dari bahaya fisik dan emosional merupakan aspek dari lingkungan bermain yang aman dan nyaman, hal itu membuat anak merasa aman dan bebas dalam bermain.

Rasa aman merupakan elemen yang membangun dalam pengalaman bermain anak.

BACA JUGA:Dukung Program PBL FKM Unsri

BACA JUGA:Menuju Target 12 Persen, Unsri Kukuhkan 8 Guru Besar, Tercapai 4 Tahun Ke Depan

Namun, masih banyak pengalaman yang tidak menyenangkan terkait bullying. Anak yang berinisial, AQ (8 tahun), menyatakan bahwa tempat yang "adem, luas, dan bersih" membuatnya merasa nyaman.

Lingkungan bermain juga meliputi orang-orang disekitar mereka yang tidak menunjukkan sikap kasar.

"Aku pernah mau pulang waktu main, tapi tidak dibolehkan, malah dicubit,".

Dari pengalaman tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan bermain yang aman dan nyaman bukan hanya dari aspek tempat saja, melainkan berasal juga dari aspek orang.

BACA JUGA:Fakultas Hukum Unsri Siap Sambut Guru Besar Baru, Prof Dr Iza Rumesten RS SH MHum, Ini Kata Dekan!

BACA JUGA:Kebutuhan Apoteker Masih Tinggi, Unsri Sumpah Apoteker, Pertama di Sumbagsel

Cerita lainnya datang dari AF (7 tahun) yang berbagi cerita serupa. Pukulan yang diterima dari temannya membuat Ia takut untuk membela diri.

 "Habis dipukul, aku cuma diem aja," ceritanya. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya bimbingan untuk anak-anak dalam menghadapi masalah sosial di lingkungan mereka.

Orang dewasa, misalnya guru juga penting menjadi pengawas untuk memastikan keamanan dengan menerima laporan dan menegur pelaku bullying.



Butuh aturan yang jelas terkait dengan keamanan di lingkungan rumah dan lingkungan bermain.

BACA JUGA: PISA Indonesia Masih di Kelompok Bawah, FKIP Unsri Lakukan Penguatan Literasi dan Numerasi

BACA JUGA:PPM Dosen dan Mahasiswa Jurusan Matematika Unsri Kenalkan Konsep Belajar Matematika Gunakan Bangun Fraktal

Anak-anak yang menerima perilaku bullying terkadang merasa bingung dan tidak tahu cara menghadapinya.

Hal ini menunjukkan perlu pengajaran lebih lanjut mengenai cara melawan perilaku tidak adil yang diterima anak-anak.

Kenyamanan dalam Interaksi Sosial

Dalam bermain terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan.

Bukan hanya lokasi tempat bermain anak, namun interaksi sosial yang terjadi antar anak dan teman di sekitarnya juga merupakan aspek penting yang menunjang kenyamanan anak dalam bermain.

BACA JUGA:Permata FT Unsri Gelar PEC 2024, Penyemangat Berinovasi di Dunia Entrepreneur

BACA JUGA:Dies Natalis ke-16, Rektor: Cintai FKM, Berikan yang Terbaik untuk Unsri

Anak-anak cenderung merasa nyaman apabila bertemu dengan teman yang memberikan kesan positif dan cenderung saling mendukung satu sama lain dalam interaksi sosialnya.

Kita bisa mengambil contoh dari pengalaman salah satu anak seperti AQ, yang memiliki pandangan bahwa teman yang membuat nyaman adalah “Tidak memukul dan suka membantu”.  

Berdasarkan pandangan AQ, kita bisa menyimpulkan bahwa teman yang baik dan memiliki sifat membantu satu sama lain merupakan salah satu faktor yang mendukung terciptanya kenyamanan dalam interaksi sosial dalam lingkungan bermain.

Kejadian ketidaknyamanan dalam interaksi sosial dapat terjadi ketika teman-teman tidak menunjukkan empati.

BACA JUGA:PPM Dosen dan Mahasiswa Jurusan Matematika Unsri Kenalkan Konsep Belajar Matematika Gunakan Bangun Fraktal

BACA JUGA:Unsri Rumah Kita Bersama di Era PTNBH, Dies Natalis Ke-64, Rektor Sampaikan 4 Kata Kunci

Anak SU (9 tahun) bercerita bagaimana ia pernah jatuh di tempat les, namun teman-temannya malah tertawa tanpa membantunya.

 "Aku harus bangun sendiri," katanya. Hal ini dapat menurunkan rasa percaya diri anak dan membuat mereka enggan untuk bergaul lebih jauh.

Interaksi yang nyaman juga memerlukan kehadiran figur dewasa sebagai mediator. Guru atau orang tua dapat membantu menciptakan aturan interaksi yang sehat.

Namun, dalam beberapa kasus, seperti yang dialami EL, orang dewasa tidak selalu hadir, sehingga anak-anak harus mengandalkan diri sendiri untuk mengatasi konflik.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan