Dimana, untuk pementasannya, dilakukan di kelenteng dan luar kelenteng.
BACA JUGA:Apa Saja Sih Manfaat Olahraga Gym, Simak Disini Selengkapnya Gais!
BACA JUGA:4 Makanan Bingen Kota Palembang, Ternyata Punya Arti Begini, Nomor 3 Sarat Makna Loh!
Kalau di luar kelenteng, biasanya mengambil cerita dan kisah menarik dan populer. Mulai dari Sun Go Kong, Sam Pek Eng Tai, Si Jin Kui atau Pendekar Gunung Liang Siang.
Berdasarkan legenda yang berkembang, Po Te Hi ini pada awalnya ditemukan para napi yang mendekam di penjara.
Pada waktu itu ada lima orang dijatuhi hukuman mati.
Kala itu, keempat orang tadi langsung bersedih dan orang kelima memiliki ide cemerlang.
Di saat menunggu ajal, orang kelima buat cara untuk menghibur diri.
Oleh karena itu, kelima pesakitan tadi mengambil beberapa perkakas yang ada mulai panci dan piring terus menabungnya seperti gendang.
Pada saat itu, bunyi suara merdu dari tetabuhan ini terdengar sampai ke telinga kaisar yang pada akhirnya memberikan pengampunan bagi kelimanya.
Meski sudah ada sejak Dinasti Jin, namun ini mulai berkembang pada masa Dinasti Song tahun 969-1279.
Sedangkan masuk ke Nusantara mulai abad ke 16-19. Sedangkan penjelajah di abad ke 1-2 menggambarkan bahwa aslinya teater ini asal dari Tiongkok.
Akan tetapi dalam perkembangannya tadi, pementasannya selalu memakai bahasa Mandarin.
Untuk di Indonesia, keberadaan wayang ini hanya ditemukan di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di samping itu, bagi masyarakat Tionghoa, ini bukan sekedar seni, namun mempunyai fungsi sosial dan ritual yang tentunya tidak berbeda jauh dengan wayang di Indonesia.
Untuk lakon yang sering dipentaskan yakni Si Jin Kui, Hong Kiam Chun Chiu, Cu Hun Cao Kok dan masih banyak lagi yang lain.