Pada awalnya, hanya memainkan lakin dari kisah klasik dan legenda dinasti yang ada di Tiongkok.
Pada awal masuk di Indonesia, ini dimainkan menggunakan dialek Hokkian tersebut.
Namun sekarang, banyak tampil menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga warga non Etnis Tionghoa juga bisa dan jua menonton dan menikmatinya.
Untuk alat musik yang digunakan meliputi, Gembreng, kecer, suling, gitar, tambur, rebab, terompet dan Piak Kou ini berbentuk kentongan kecil, jika salah memukul maka tidak akan mengeluarkan suara.
Berdasar waktu, era tahun 1870-1990 menjadi masa yang suram bagi wayang Po Te Hi, dimana ini dikarenakan tindakan dari pemerintah terhadap seni dan budaya Tionghoa yang ada di Indonesia.
Pada saat itu, wayang ini dikerdilkan serta sangat sulit menemukannya untuk mentas.
BACA JUGA:Sejarah dan Asal Usul Kata Barongsai, Gabungan 5 Elemen Mahkluk, Nomor 4 Diluar Nalar
BACA JUGA:Tidak Lengkap Imlek tanpa Kue Keranjang, Begini Filosofinya
Selain sulitnya mendapatkan izin, juga ada kebijakan dari pemerintah yang membatasi semua yang berbau Tionghoa.
Akan tetapi, pada masa reformasi, wayang Po Te Hi ini bisa kembali dipentaskan dan pementasan juga tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi.
Kesenian asal Tiongkok, Wayang Po Te Hi. -Foto: Ist-
Namun sayang, seiring perkembangan era, saat ini pelestari dari wayang Po Te Hi juga sudah mulai berkurang dan kalaupun bisa dikatakan hampir punah di Indonesia.
Yang mana, sebagian besar warga Tionghoa kini mulai mengenalkan kembali Wayang Po Te Hi ke generasi muda terutama dari Etnis Tionghoa.