https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mengungkap Jejak Sejarah Keislaman di Desa Kelampadu

PUSAT AGAMA : Desa Kelampadu pernah menjadi pusat penyebaran agama Islam dari seorang ulama besar bernama Puyang Meranggi atau Syekh Jamak bin Syekh Abdul Quraisyin di masa 1800-1850 Masehi.-FOTO: IST-

OGAN ILIR, SUMATERAEKSPRES.ID - Desa Kelampadu yang terletak di Kecamatan Muara Kuang, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan memiliki sejarah panjang yang lekat dengan penyebaran ajaran Islam. 

Sejak berdirinya sekitar abad ke-16 Masehi, desa ini telah dikenal dengan nilai-nilai religius yang tetap terjaga hingga saat ini. 

BACA JUGA:Amalan Jelang Lebaran Agar Rezeki Mengalir Deras: Sedekah, Silaturahmi, dan Doa Mustajab

BACA JUGA:Lindungi Karya Seni Masyarakat

Warisan sejarah dan keislaman desa ini tercermin dari keberadaan bangunan bersejarah, para tokoh pendirinya, serta sejumlah ulama dan kiai yang bermukim di desa tersebut.

Salah satu pengurus Komunitas Pencinta Ziarah Palembang Darussalam dan Sumatera Selatan (KOPZIPS), Muhamad Setiawan menjelaskan Desa Kelampadu pernah menjadi pusat penyebaran agama Islam dari seorang ulama besar bernama Puyang Meranggi, atau Syekh Jamak bin Syekh Abdul Quraisyin. 

"Sosok Puyang Meranggi adalah tokoh sentral dalam sejarah desa ini, yang juga dihormati sebagai leluhur masyarakat Kelampadu. Nama "Puyang" berarti leluhur, sedangkan "Meranggi" merujuk pada profesi pembuat warangka keris, yang mencerminkan kehidupan sehari-harinya," ungkap putra asli Kelampadu tersebut. 

Menurut informasi dari berbagai sumber, Syekh Jamak, juga dikenal dengan julukan Ki Jabaranti dan Kiai Jabar, merupakan seorang ulama alim yang mencapai derajat wali. Ia hidup pada kisaran tahun 1800-1850 Masehi, meninggalkan jejak mendalam dalam penyebaran Islam di wilayah ini. 

Ayahnya, Syekh Abdul Quraisyin, adalah ulama berdarah Bani Abdul Mutholib dari Hadramaut, Yaman, yang berhijrah ke Sulawesi untuk berdakwah. Syekh Jamak kemungkinan besar dilahirkan di Sulawesi, sebelum kemudian pindah ke tanah asal ibunya di Tegal Wangi.

Setelah menikah, Syekh Jamak dan istrinya berhijrah ke Sumatera, bergabung dengan wilayah Kesultanan Palembang Darussalam. Desa Kelampadu saat itu masuk dalam wilayah administratif kesultanan tersebut. Diperkirakan, Syekh Jamak sempat singgah di Palembang dan menjalin hubungan dengan tokoh besar seperti Kiai Marogan, serta beberapa ulama lain di wilayah sekitar Kelampadu.

Kegiatan Syekh Jamak di Kelampadu meliputi membuka lahan baru dan bertani, serta membuat warangka keris, sesuai dengan julukannya.

Namun, tujuan utamanya adalah menyebarkan ajaran Islam, membimbing masyarakat melalui syariat, tarekat, hakikat, hingga ma'rifat.

"Dedikasinya dalam membangun keislaman masyarakat membuatnya dikenang sebagai tokoh yang membuka jalan bagi Desa Kelampadu," ulasnya. 

Syekh Jamak atau Puyang Meranggi dimakamkan di dusun lama Desa Kelampadu, tepatnya di seberang Sungai Ogan. Namun, makam beliau dan istrinya kini sudah tidak tampak akibat erosi tanah di tepi sungai.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan