JAKARTA,SUMATERAEKSPRES.ID-Sebanyak 18 Warga Negara Indonesia (WNI) di Kota Suzu, Prefektur Ishikawa, Jepang menyelamatkan diri ke atas bukit.
Mereka terpaksa bermalam di luar rumah setelah gempa besar mengguncang Semenanjung Noto di dekat Prefektur Ishikawa.
Bersama warga Jepang lainnya, mereka membuat api unggun untuk menghangatkan diri dari suhu musim dingin yang mencapai 0 derajat Celsius.
Suhu diperkirakan akan lebih dingin lepas tengah malam waktu setempat.
BACA JUGA:Digoyang Gempa 4 Skala Richter, Bogor-Sukabumi Terdampak. Begini Kerusakannya
BACA JUGA:Ini Tips Mengemudi Mobil Saat Ada Gempa Bumi dan Langkah Evakuasi Darurat Mobil yang Menjadi Korban
Jepang digoyang gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR). Gempa itu memicu gelombang tsunami di pesisir utara dan tengah Jepang.
Peringatan resmi mengatakan, gelombang tsunami di beberapa tempat diperkirakan bisa mencapai 5 meter.
Sejauh ini, gelombang setinggi 1,2 meter telah menerjang pelabuhan Wajiima di Prefektur Ishikawa pada Senin (1/1) pukul 16.21 waktu setempat.
“Sedikitnya ada enam kasus orang yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan,” ujar Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi. Sementara, kebakaran besar terjadi di Ishikawa setelah gempa terjadi.
BACA JUGA:Gempa 6 SR, Pengunjung Mal Kocar Kacir. Di Sini Kejadiannya
BACA JUGA:2 Hari Beruntun Gempa Goyang Lampung. Ada Apa?
Di Indonesia, musibah yang sama juga terjadi di Sumedang. Minggu siang, 31 Desember 2023, wilayah itu diguncang gempa bumi.
Puncaknya, pukul 20.34 WIB, gempa kembali terjadi dengan kekuatan 4,8 SR pada kedalaman hanya 5 Km.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan, gempa merupakan jenis gempa bumi dangkal.
Pihaknya masih melakukan kajian lebih dalam di lapangan untuk memastikan penyebab gempa sesungguhnya.
BACA JUGA:Warga Muratara Kembali Rasakan Gempa
BACA JUGA:Permudah Peringatan Dini, BPBD Lahat Kini Pakai Alat Deteksi Gempa
Namun, dari analisis sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki mekanisme pergerakan geser atau strike-slip.
Titik gempa sendiri disebutnya berdekatan dengan beberapa jalur sesar aktif. Seperti sesar Lembang, Sesar Baribis, dan sesar aktif lainnya yang belum teridentifikasi dan terpetakan.
Gempa Sumedang ini dipicu oleh salah satu sesar yang belum teridentifikasi tersebut. Kondisi ini mirip dengan gempa di Cianjur pada 2022 silam.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menambahkan, gempa dirasakan warga Sumedang sejak pukul pukul 14.35 WIB.
BACA JUGA:Ilmu Gempa
BACA JUGA:Gempa Maras
Gempa bumi pertama tersebut tercatat berkekuatan magnitudo 4,1 dengan kedalaman 7 Km. Disusul gempa kedua pada pukul 15.38 WIB, dengan kekuatan M 3,4 di kedalaman 6 km.
Hingga akhirnya gempa dengan kekuatan paling besar pada pukul 20.34 WIB, yakni M 4,8 kedalaman 5 km.
Gempa susulan terjadi pada pukul 23.23 WIB, dengan kekuatan magnitudo 2,9 di kedalaman 7 kilometer dan pada pukul 03.47 WIB, kekuatan magnitudo 2,4 di kedalaman 5 kilometer.
Lebih lanjut Daryono mengungkapkan, berdasarkan sejarah gempa di Sumedang, wilayah ini pernah mengalami gempa bumi besar bermagnitudo 4,5 pada 19 Desember 1972.
BACA JUGA:Gempa Turki dan Kewaspadaan Sumsel
BACA JUGA:SBY Teteskan Air Mata Kenang 19 Tahun Tsunami Aceh, Masih Ada Beberapa Persoalan
Titik gempanya sama dengan yang terjadi akhir tahun lalu. Yakni, berdekatan dengan ujung timur laut jalur sesar Cileunyi-Tanjungsari.
”Gempa Sumedang ini diduga berasosiasi dengan terusan dari sesar Cileunyi-Tanjungsari,” jelasnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengunjungi lokasi bencana di Sumedang. Dari data yang didapat ada 188 rumah rusak ringan hingga berat.
Sementara untuk korban jiwa, dipastikan tidak ada. “Saya minta pemerintah daerah mendata mana yang rusak ringan, sedang, dan berat,” pintanya.