Kontroversi di Amerika Serikat: Kitab Khusus LGBT Muncul, Akuratkah?

Kepala Studi dan penerjemah Alkitab di Kampus Wheaton, Douglas J. Moo mengatakan, penyuntingan alkitab ini tidak akurat.-Foto: Amazon-

SUMATERAEKSPRES.ID - Amerika Serikat, sebuah negara dengan toleransi yang tinggi terhadap keragaman seksual, kembali menciptakan kontroversi dengan hadirnya sebuah kitab khusus bagi kaum LGBT.

Bagi masyarakat Indonesia, terutama yang masih memandang isu lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) sebagai sesuatu yang tabu dan ditolak keras, perkembangan ini bisa menjadi sebuah kejutan.

Dilansir oleh Daily Mail, sebuah alkitab spesifik untuk kaum LGBT dengan harga mencapai Rp 337 ribu telah diterbitkan, dicetak, dan disebarkan di seluruh Amerika Serikat.

Para pengikut komunitas pelangi dapat dengan mudah memperolehnya melalui platform online seperti situs Amazon.com.

BACA JUGA:Viral Event Pura Vida di Venue Voli Pantai JSC, Panitia : Kami Tidak Mendukung LGBT

BACA JUGA:Munculnya Komunitas LGBT di Wilayah MLM: Analisis Tren Bahasa dan Simbol LGBT, Terselubung di Tengah Masyaraka

Salah satu hal yang menarik perhatian adalah desain sampul alkitab ini yang penuh warna, mencerminkan keberagaman dan identitas kaum LGBT.

Namun, keunikannya tidak berhenti di sana. Alkitab ini, yang diklaim sebagai penerbitan ulang dari buku Raja James, tidak mencantumkan nama penerbit, penyunting, atau penerjemah.

Menurut situs resmi buku tersebut, satu-satunya pengarang yang tercatat adalah Tuhan, dengan kontributor Yesus.

Dalam situs tersebut, dijelaskan bahwa alkitab ini memberikan penekanan pada firman Tuhan yang berkaitan dengan LGBT.

BACA JUGA:Waspada! LGBT Terus Menyebar dalam Kehidupan Sehari-hari, ICMI Sumsel Peringatkan Hal Ini

BACA JUGA:Prank Dua Remaja, Seorang Guru Diduga LGBT Malah Dikeroyok, Begini Kronologinya

"Anda tidak bisa memilih jenis kelamin saat dilahirkan, tapi anda bisa memilih Yesus; sekarang kalian bisa memilih Alkitab," demikian kutipan yang tertera.

Namun, sayangnya, keberadaan alkitab ini menimbulkan polemik karena tidak mencantumkan informasi penting seperti nama penerbit, penyunting, dan penerjemahnya.

Di tengah kontroversi ini, suara-suarapun muncul dari kalangan akademisi.

Menurut Kepala Studi dan penerjemah Alkitab di Kampus Wheaton, Douglas J. Moo, penyuntingan alkitab ini dianggap tidak akurat.

Ia menekankan bahwa dalam sejarah terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris, kata homoseksualitas baru muncul dalam edisi revisi tahun 1946.

Sebelumnya, kata tersebut tidak pernah disebut dalam penerbitan Alkitab sebelumnya.

Meskipun demikian, alkitab ini telah memicu kontroversi di luar Amerika Serikat.

Seorang pendeta di Selandia Baru memasang poster di dinding gerejanya di Kota Auckland yang menyatakan bahwa Yesus adalah seorang gay, sebagai tanggapan terhadap keberadaan alkitab kontroversial ini.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan