Meneruskan Calon Pemimpin Berwawasan Pancasila

Penulis: Sulkipani, Dosen Program Studi PPKn FKIP Universitas Sriwijaya

Hingar bingar kontestasi politik Tahun 2024 sudah terasa. Suhu politik tanah air mulai menunjukkan symptom bahwa politik electoral ini masih memiliki magnet tersendiri bagi berbagai kalangan.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, ajang lima tahunan ini semakin bombastis karena banyak sekali penjoblosan, dari memilih Presiden dan wakilnya, DPD, DPR-RI hingga DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Pemilihan ketua RT saja sudah terasa gegap gempitanya, apalagi pemilu sebagai agenda politik terbesar yang diselenggarakan serentak dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote.

Sekali lagi, ini akan sangat meriah, seperti halnya pesta rakyat. Demikian sebagian dari kita mengumpamakannya.

Sejatinya, hitung-hitungan KPU, pemungutan suara dalam perhelatan akbar ini akan dilakukan pada Februari 2024. BACA JUGA : Generasi Numerasi dan Literasi

Akan tetapi, hari ini gaungnya sudah menggema seantero nusantara. Diskusi-diskusi elit politik menghiasai layar kaca, memberikan pemikiran, beradu gagasan.

Kedai-kedai kopi yang semula sebagai tempat bersantai menyeruput kopi, seketika berubah menjadi tempat yang asyik untuk mengulik calon pemimpin yang ingin dilirik.

Spanduk beragam ukuran dengan muatan foto-foto bergaya formal dan santai sudah terlihat disudut-sudut jalan.

Lembaga-lembaga survey sudah standby, dari Lembaga popular hingga Lembaga amatiran berlomba-lomba memberikan hasil risetnya dengan jaminan margin eror yang sangat kecil mengenai prestasi dan kualiti dari setiap calon.

Pertanyaannya, fenomena apa yang sedang terjadi? Jika itu pertanyaannya jawabannya singkat saja, “agenda lima tahunan, seperti halnya lima tahun yang lalu.”

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan