https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Dibawa Orang Asli Pedamaran, Sudah Ada Sejak Tahun 1993

*Melihat Lebih Dekat Kampung Anyaman Bagus Kuning

Kampung Anyaman Bagus Kuning menjadi salah satu ikon Kecamatan Plaju dalam memperkenalkan kampung percontohan inovatif. Di sana rutinitas warganya sehari-hari menganyam tas anyaman tali meiwa, lalu dijual dan menjadi pendapatan keluarga.

Nanda Saputra – PALEMBANG

KELUARGA-keluarga di Lorong Lama, Kelurahan Bagus Kuning, Kecamatan Plaju itu betul-betul kreatif. Setiap hari, khususnya ibu-ibu, berkumpul dan menganyam bersama membuat tas tali meiwa. Rutinitas ini menarik perhatian, karena membuat mereka menjadi lebih mandiri dan bisa mendapatkan hasil dari hasil anyaman tali meiwa sebagai penghasilan tambahan.

Mereka mahir menganyam tas tali meiwa sejak lama bahkan sudah turun temuran sejak tahun 1993. Ketika ke sana, Sumatera Ekspres pun cukup simpatik dengan mayoritas kalangan wanita muda dan ibu-ibu yang sehari-harinya berkumpul di teras atau emperan rumah sendiri atau rumah tetangga.

Ketua Kelompok UMKM Kerajinan Tas Tali Meiwa Lr Lama, Aminah menyebut ada sebanyak 100 ibu rumah tangga di lorong ini yang kesehariannya membuat tas anyaman dari tali meiwa ini. "Ya kalau kita data ada sekitar 100 orang, tapi yang benar-benar aktif itu mencapai 50 orang lebih. Dan ini menjadikan penghasilan tambahan bagi mereka," kata Aminah, kemarin.

Singkat cerita, lanjut dia, kerajinan tas tali meiwa ini dibawa oleh salah satu warga sekitar dari kampung asalnya Pedamaran, namanya Ela (almarhumah). Awalnya tidak ada warga yang berminat, namun lambat laun satu per satu warga sekitar belajar dan sampai sekarang dijadikan mata pencarian tambahan untuk membantu perekonomian keluarga. "Kami bersyukur di sini semua warga menjadi terbantu, karena hasil anyaman juga tidak susah dipasarkan. Sebab, banyak agen di Pasar 16 yang meminta dibuatkan," ujarnya.

Salah satu warga Kampung Anyaman Bagus Kuning, Fatmawati mengatakan dirinya sudah sejak 5 tahun lalu membuat tas anyaman dari tali meiwa. "Biasanya kita mulai mengerjakan sejak jam 10 pagi setelah menyelesaikan pekerjaan rumah," sebutnya. Penghasilan dari penjualan tas-tas hasil anyaman tali meiwa ini juga cukup menolong perekonomian keluarga. "Untungnya tidak begitu besar, tapi ya minimal bisa membantu suami mencari tambahan kebutuhan sehari-hari," katanya.

Harga tas anyaman bervariasi, dibanderol mulai Rp10-25 ribu, tergantung ukuran tasnya. Yang kecil harganya Rp10 ribu, yang besar Rp25 ribu. "Pemasarannya terbilang mudah, sebab permintaan di pasar baik dalam kota maupun luar kota selalu ada," imbuhnya. Uminah, warga lain juga mengungkapkan hal serupa. Pendapatan dari penjualan kerajinan anyaman tali meiwa ini bisa membantu suaminya menambah pemasukan keluarga.

Sudah 5 tahun terakhir dia mulai benar-benar fokus membuat anyaman tas tali meiwa, sebelumnya cuma sampingan saja. Dalam sehari dia sendiri bisa menyelesaikan 5-10 tas berbagai ukuran. Untuk pemasaran, diakuinya, tidak begitu sulit sebab permintaan pasar juga banyak, bahkan ada dari luar kota dan provinsi. "Ada lima ukuran yang biasa kami buat. Pertama ukuran 8x14 dijual ke agen Rp9 ribu, ukuran 10x16 dijual ke agen Rp12 ribu, ukuran 10x18 Rp15 ribu, ukuran 10x20 Rp18 ribu, dan ukuran 12x22 (jumbo) Rp22 ribu," pungkasnya. (*/fad/)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan