Mengelola Humor, Etika, Dan Empati Dalam Kehidupan Publik, Belajar Dari Insiden Gus Miftah
Muhammad Isnaini (Dosen Pengembangan Media dan Teknologi Pendidikan UIN Raden Fatah Palembang)-foto: ist-
Insiden Gus Miftah memberikan pelajaran mendalam tentang pentingnya mengelola humor dengan hati-hati, menjunjung tinggi etika komunikasi, dan menumbuhkan empati dalam setiap interaksi publik. Figur publik memiliki peran strategis dalam membentuk norma sosial dan budaya, sehingga sikap dan kata-kata mereka harus mencerminkan tanggung jawab yang besar. Dengan mempraktikkan tiga elemen tersebut, kita dapat menciptakan ruang publik yang lebih harmonis, inklusif, dan saling menghargai di tengah keberagaman masyarakat.
BACA JUGA:Satu Suara Tentukan Masa Depan, KPU Sukses Gelar Debat Publik Ketiga
Dan kesimpulannya, mengelola humor, etika, dan empati dalam kehidupan publik adalah kunci untuk menciptakan komunikasi yang harmonis, konstruktif, dan inklusif. Humor yang bijak memerlukan pemahaman mendalam terhadap audiens, menghindari stereotip, dan memastikan kontennya relevan serta tidak merugikan. Etika dalam komunikasi menjadi landasan moral untuk menjaga keseimbangan antara hiburan dan tanggung jawab, sementara empati membantu membangun koneksi emosional dan menjaga hubungan sosial yang positif. Ketiga elemen ini, jika diterapkan secara konsisten, mampu menciptakan ruang publik yang lebih manusiawi, menghormati keberagaman, dan mempererat hubungan antarindividu maupun kelompok dalam masyarakat. Wallahu a’lam Bisshowab.