Siaga 3 karena Sensor Terhalang, 50 Persen Wilayah Sumsel Musim Hujan
Potensi banjir di Sumsel selama musim hujan-foto: sumeks-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Pantauan AWLR (Automatic Water Level Recorder) atau data kenaikan tinggi muka air sungai di wilayah Sumsel melalui aplikasi hidrologi masih dalam status oke. Berdasarkan data real time di www.bbwssumateraviii.co.id AWLR, kemarin (21/10), Sungai Komering, Sungai Musi, Ogan Selatan, Sungai Malus, Sungai Saka, Lematang, Batangharileko, Rambang, Lengkayap, Selabung, Lakitan, Lalan, Kelingi, Lintang dan Sungai Kikim di status oke.
"Bisa dikatakan semua stasiun pemantau AWLR di sungai wilayah BBWS VIII dalam status oke," ujar Ketua Tim Hukum dan Komunikasi Publik BBWS Wilayah VIII, Mgs Zulfikar Rasyidi, Senin (21/10). Terkait status siaga 3 yang ditunjukkan pada aplikasi terkadang ada kendala lantaran sensor terhalang enceng gondok, seperti pada stasiun sungai dua yang tertulis siaga 3. "Eceng gondok dianggap muka air," cetusnya.
Berdasarkan pemutakhiran data BMKG Sumsel sampai awal Oktober, 50 persen wilayah Sumsel telah memasuki musim hujan. Kepala BMKG Sumsel, Wandayantolis mengatakan meski sudah memasuki musim hujan, tetapi sebagian besar lainnya masih periode masa peralihan dari kemarau ke musim hujan karena secara kumulatif curah hujan dasarian belum memenuhi kriteria sebagai musim hujan.
Periode transisi ditandai pola cuaca yang berubah dengan cepat. Faktor pendorong utama berupa monsoon baratan yang masih lemah menyebabkan pembentukan hujan lebih dipengaruhi oleh faktor lokal. "Dampaknya, terbentuk hujan dengan intensitas sedang ke lebat secara tiba-tiba dan terjadi tidak merata di wiayah Sumsel. Pada periode transisi juga terjadi peningkatan potensi terjadinya angin kencang, puting beliung dan hujan meski meski cukup jarang," jelasnya.
BACA JUGA:Hati-Hati, Prakiraan Cuaca Palembang Hari Ini: Hujan dan Petir di Sore Hari, Siapkan Payung!
BACA JUGA:Waspada! BMKG Rilis Peringatan Dini untuk Cuaca Ekstrem di Sumatera Selatan
Nah, terjadinya curah hujan yang dengan intensitas sedang hingga lebat dapat memicu terjadinya genangan pada wilayah perkotaan terkait kemampuan drainase yang ada. Pada wilayah dengan topografi lereng dan bukit perlu mewaspadai potensi longsor.
Adapun pada DAS, imbuh Wan, diharapkan dapat memantau kenaikan muka air sungat pada saat terjadi hujan dengan durasi yang lebih dari 1 jam. Untuk itu diimbau meningkatkan kewaspadaan semua pihak dalam memitigasi adanya potensi bencana hidrometeorologis tersebut. "Masyarakat untuk tidak panik dan hanya mengakses informasi resmi dari kanal pemerintah setempat," tambahnya.
Terpisah, Penjabat (Pj) Gubernur Sumsel, Elen Setiadi, meminta seluruh stakeholder dan masyarakat tetap fokus mengantisipasi bencana hidrometeorologi di tengah peralihan musim. Peningkatan curah hujan beberapa waktu terakhir meningkatkan risiko bencana seperti banjir, terutama di 17 kabupaten dan kota di Sumsel.
Elen memperingatkan masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan dan daerah aliran sungai (DAS) lebih waspada, mengingat curah hujan semakin tinggi. Menurutnya, kesiapsiagaan terhadap bencana menjadi hal mutlak dilakukan oleh semua pihak. "Bencana tidak menunggu kita siap, tetapi kita harus siap ketika bencana terjadi," tegasnya.
Dia juga menginstruksikan satuan tugas (satgas) untuk selalu siap siaga dan memberikan layanan yang optimal kepada masyarakat, terutama dalam hal pertolongan pertama saat terjadi bencana. "Jangan ragu untuk segera menghubungi fasilitas kesehatan jika diperlukan," pungkasnya.