Filosofi Ketupat Interpretasi Media Sosial Bagi Umat Islam
Dr Muhammad Isnaini MPd Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Raden Fatah Palembang-FOTO : IST-
BACA JUGA:Ternyata Inilah Beberapa Jenis Ketupat Lebaran di Indonesia
Janur Kuning
Kebanyakan ketupat dibuat dengan janur kuning, walaupun sesekali ada juga yang membuat dengan daun kepala yang sudah agak tua yang warna hijaunya lebih tua.
Menurut cerita orang-orang tua terdahulu, janur kuning merupakan perlambang sebagai penolak balak.
Tidak hanya untuk ketupat, janur kuning sebagai penolak balak juga digunakan dalam acara lain misalnya saat hajatan pengantin.
Dalam falsafah Jawa, janur bermakna sejanen ingnur (arah menggapai cahaya -maksudnya cahaya Illahi-).
BACA JUGA:Pembuat Ketupat di Empat Lawang Mulai Kebanjiran Order
BACA JUGA:Meski Mahal, Daging Sapi Tetap Laris Manis di Martapura Jelang Lebaran
Adapun kuning bermakna sabdodadi (yang dihasilkan dari hati atau jiwa yang bening).
Dengan demikian, penggunaan janur kuning dalam membuat ketupat atau dalam berbagai hajatan itu mengandung cita-cita untuk menggapai atau memperoleh nur Allah dengan hati atau jiwa yang suci atau bening.
Atau keadaan hati dan jiwa manusia yang suci setelah mendapatkan nur (cahaya) dari Allah.
Bentuk Empat Sudut
BACA JUGA:Kolesterol Naik Setelah Lebaran, Ini yang Jadi Penyebabnya
BACA JUGA:Wajib Coba, Aneka Resep Kue Bolu Lebaran Yang Pasti Membuat Hari Raya Idul Fitri Makin Meriah
Asalnya yang memiliki makna filosofis itu adalah ketupat yang berbentuk segi empat yang menunjukkan empat penjuru mata angin, namun sekarang ketupat juga dibuat dengan lebih variatif.
Bentuk segiempat ketupat melambangkan “kiblat papat limo pancer” atau empat arah mata angin dan satu pusat.
Bentuk ini mencerminkan kesimbangan alam. Secara religius bermakna bahwa kemana pun manusia itu berjalan pasti selalu menuju kesatu arah yaitu Allah, Sang Khalik.
Sedangkan secara akhlaki, mencerminkan empat macam nafsu manusia, yaitu amarah (nafsuemosional) aluamah (nafsu untuk memuaskan rasa lapar), supiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah), dan mutmainah (nafsu untuk memaksakan diri).
BACA JUGA:5 Tips Ampuh Agar Lipstik Tahan Lama Saat Makan Opor Lebaran
BACA JUGA:Perhatikan Hal ini saat Santap Hidangan Lebaran, Terlebih Dua Menu Favorit Ini
Keempat nafsu ini hanya mampu ditaklukkan oleh satu amaliyah, yaitu dengan berpuasa.
Dalam tradisi ketupat lebaran, disimbolkan bahwa seseorang yang memakan ketupat, orang itu dianggap sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut.
Anyaman ketupat
Gabungan janur kuning yang membentuk menjadi anyaman juga memiliki makna filosofis. Bagi orang Jawa, anyaman tersebut memiliki makna berbagai kesalahan dosa manusia.
BACA JUGA:Kerupuk-Kemplang Stok Puasa-Lebaran Berhamburan
BACA JUGA:Asyik, Ada Program Mudik Gratis Lebaran 2023 dari Kemenhub, Simak Persyaratan dan Cara Daftarnya
Secara religius manusia itu tempatnya kesalahan dan kealphaan. Adapun ketupat setelahdibelah dua denganpisaumenampakkanwarnaputih.
Ini bermaknakebersihan dan kesucian manusia. Dalam tradisi lebaran, kebersihan dan kesucian itu hanya dapat diperoleh setelah tuntas melakukan amal ibadah selama bulan Ramadhan.
Beras.
Dalam tradisi sebagian besar masyarakat Indonesia, beras memiliki arti khusus.
BACA JUGA:Tarif Tol Gratis, Lebaran Nanti Palembang ke Prabumulih Cuma Satu Jam
BACA JUGA:Pesan All New Agya Sekarang, Bisa Dipakai Sebelum Lebaran
Ia melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan. Adapun beras dalam ketupat bermakna setelah hati dan jiwa manusia itu bersih dari empat macam nafsu itu, maka manusia akan memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan.
Dengan demikian, bisa dimaknai pula bahwa kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat itu hanya dapat diperoleh jika manusia dalam masyarakat itu memiliki hati dan jiwa yang bersih dan suci.
Filosofi ketupat, dengan makna simbolisnya di atas, memberikan pandangan yang kaya dan relevan terhadap interpretasi media sosial bagi umat Islam.
Dalam konteks media sosial yang penuh dengan ragam informasi dan pandangan, filosofi ketupat mengajarkan umat Islam untuk menjaga kesatuan dalam keragaman, serta menyaring informasi dengan bijak agar sesuai dengan nilai-nilai Islam.
BACA JUGA:THR Wajib Cair Tujuh Hari Sebelum Lebaran, Ini Aturan Lengkap Kemenaker
BACA JUGA:Info Mudik 2024: H-5 Menuju Lebaran, Lalu Lintas di Jalinsum OKU Timur Sepi
Pertama-tama, filosofi ketupat menekankan pentingnya kesatuan dalam keberagaman. Ketika biji-bijinya dikumpulkan dan ditenun menjadi satu, ketupat mencerminkan harmoni yang tercipta melalui penggabungan beragam elemen menjadi kesatuan yang kokoh.
Dalam konteks interpretasi media sosial, ini mengajarkan umat Islam untuk tidak terperangkap dalam polarisasi ataukonflik yang sering muncul di ruang digital.
Sebaliknya, mereka diingatkan untuk memelihara kesatuan dalam pemahaman nilai-nilai Islam, meskipun dihadapkan pada beragam perspektif dan pandangan di media sosial.
Kedua, filosofi ketupat mengajarkan umat Islam untuk menyaring informasi dengan bijak. Proses menenun ketupat membutuhkan seleksi bahan-bahan yang berkualitas untuk menghasilkan ketupat yang kokoh dan bernilai.
BACA JUGA:Posko Pelayanan Lebaran di Bandara Palembang Siapkan Fasilitas Kesehatan dan Informasi