Filosofi Ketupat Interpretasi Media Sosial Bagi Umat Islam
Dr Muhammad Isnaini MPd Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Raden Fatah Palembang-FOTO : IST-
PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES.ID - Di era digital yang semakin berkembang, media sosial telah menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bagi umat Islam.
Fenomena ini menghadirkan tantangan dan peluang baru dalam memahami dan menginterpretasikan informasi yang disajikan melalui platform-platform tersebut.
Dalam konteks ini, filosofi ketupat dapat memberikan pandangan yang dalam terhadap interpretasi media sosial bagi umat Islam.
Media sosial, dengan ragam informasi dan pandangan yang tersebar luas, sering kali menjadi tempat di mana umat Islam mencari informasi, berbagi pemikiran, dan berinteraksi dengan sesama.
BACA JUGA:Ternyata Inilah Beberapa Jenis Ketupat Lebaran di Indonesia
BACA JUGA:Pembuat Ketupat di Empat Lawang Mulai Kebanjiran Order
Namun, dalam prosesnya, terdapat risiko interpretasi yang salah atau disorientasi terhadap nilai-nilai Islam akibat informasi yang tidak terverifikasi atau bahkan bertentangan dengan ajaran agama.
Filosofi ketupat, yang menggambarkan kesatuan dalam keragaman, dapat menjadi landasan yang kuat dalam menginterpretasikan media sosial bagi umat Islam.
Ketika biji-bijinya dikumpulkan dan ditenun menjadi satu, ketupat mencerminkan pentingnya kesatuan dalam keberagaman, mengajarkan kita untuk menyaring dan menenun informasi yang diperoleh dari media sosial sehingga mencerminkan nilai-nilai Islam yang kokoh.
Pada konteks media sosial, umat Islam perlu memahami bahwa ragam informasi yang tersedia sering kali mencerminkan beragam perspektif dan pendapat.
BACA JUGA:Operasi Ketupat Musi 2024, Kesiapan Polres Muratara Jaga Keamanan Mudik Lebaran
Dengan memanfaatkan filosofi ketupat, umat Islam dapat mengambil sikap yang bijaksana dalam menyikapi informasi yang ditemui di media sosial, dengan mempertahankan kesatuan dalam pemahaman nilai-nilai agama dan moral yang dianut.
Interpretasi media sosial bagi umat Islam memerlukan keterampilan dan kesadaran yang tinggi.
Penting bagi umat Islam untuk memilah dengan cermatin formasi yang ditemui di media sosial, serta untuk mengevaluasi kebenaran dan relevansinya dengan ajaran agama.
Dengan demikian, mereka dapat menghindari disorientasi atau kesalahpahaman terhadap nilai-nilai Islam yang mungkin muncul akibat informasi yang tidak terverifikasi atau tidak akurat.
BACA JUGA:Pimpin Rakor Linsek Jelang Operasi Ketupat Musi 2024, Kapolda Sumsel Beri Penegasan Begini!
BACA JUGA:Mengenal Asal-Usul dan Makna Ketupat, Makanan Khas Lebaran Idul Fitri
Selain itu, umat Islam juga perlu mengembangkan sikap yang kritis dan bertanggungjawab dalam berinteraksi di media sosial.
Dengan memanfaatkan prinsip-prinsip filosofi ketupat, mereka dapat membangun komunitas yang saling mendukung dan memperkuat nilai-nilai Islam dalamruang digital, sambiltetapmenjagakeragamanperspektif dan pendapat.
Filosofi ketupat memberikan pandangan yang kaya dan relevan dalam memahami interpretasi media sosial bagi umat Islam.
Dengan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam simbol ini, umat Islam dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan bertanggungjawab terhadap media sosial yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA:Tak Ada Ketupat Tidak Lebaran
BACA JUGA:Ops Ketupat Musi Dimulai, Ingatkan Pemudik Berhati-hati
Dengan demikian, mereka dapat terus memperkuat iman, memelihara identitas agama, dan berkontribusi positif dalam masyarakat digital secara luas.
Ternyata dari penelusuran sejarah, asal usul ketupat dimulai sejak masa hidup Sunan Kalijaga, yaitu pada abad ke-15 hingga 16.
Sunan Kalijaga adalah salah seorang Wali Songo yang turut menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya dan filosofi dari pembauran antara Jawa dan nilai-nilai Islam.
Ketupat bukan sekedar hidangan hari raya, namun memiliki makna filosofis berikut ini:
BACA JUGA:Ini Arahan Polres OKU Selatan Jelang Ops Ketupat Musi 2023